Jakarta (pilar.id) – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan, tahun ini merupakan dimulainya siklus politik 5 tahunan.
Belajar dari periode lalu, akselerasi pertumbuhan konsumsi masyarakat dan aktivitas industri akan meningkat, khususnya industri padat karya seperti makanan/minuman, tekstil dan produk tekstil (TPT), percetakan serta transportasi.
Mahendra juga menyampaikan, pemilu 2024 merupakan kali yang ke-5 setelah reformasi. Ia optimistis, meskipun suhu politik mulai meningkat, tetapi iklim berusaha akan tetap terjaga dengan baik.
“Pengalaman menunjukkan, sekalipun suhu politik tentu meningkat, namun kondisi keamanan, kepastian hukum, dan iklim berusaha tetap terjaga dengan baik,” kata dia, dalam kegiatan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK), di Jakarta, Senin (6/2/2023).
Menurut Mahendra, kondisi ini dimungkinkan karena Indonesia telah memiliki sistem demokrasi yang semakin dewasa. Pada saat itu, kepentingan nasional menjadi tujuan utama setiap kontestannya. “Kali ini,
Indonesia akan semakin mengokohkan dirinya menjadi negara demokrasi presidensial terbesar di dunia,” sambung dia.
Oleh karena itu, lanjut Mahendra, OJK mengajak semua pihak untuk tidak ragu-ragu terhadap penguatan perekonomian, stabilitas keuangan, serta perbaikan iklim dan kesempatan investasi di Indonesia. Investasi langsung maupun investasi portofolio dalam dan luar negeri terus meningkat.
Pada tahun 2023, OJK optimis tren positif kinerja sektor keuangan akan berlanjut. Kredit perbankan diproyeksikan tumbuh sebesar 10-12 persen, yang didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar
7-9 persen.
Sedangkan, di pasar modal, nilai emisi ditargetkan sebesar Rp200 triliun. Untuk industri keuangan non bank (IKNB), piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan diproyeksikan tumbuh 13-15 persen. Aset asuransi jiwa dan asuransi umum diperkirakan tumbuh sebesar 5-7 persen di tengah program reformasi yang dilakukan OJK.
“Aset dana pensiun diperkirakan juga tumbuh 5-7 persen,” katanya. (ach/din)