Yogyakarta (pilar.id) – Indonesia menjadi negara kedua setelah India dengan kasus penderita tuberkulosis (TB) terbanyak di dunia. Pada 2022, Global Tuberculosis Report (GTR) memperkirakan ada 969 ribu kasus TB baru di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan (Kabid P2P dan PDSIK) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, Jumat (24/3/2023). Dikatakan Lana, pada momen hari TB sedunia pada 24 Maret ini dari jumlah itu belum semua penderita ditemukan dan diobati.
“Di Kota Yogyakarta, dari pakar epidemiologi menghitung dengan jumlah penduduk sekitar 418 ribu, diawal 2022 diperhitungkan insidensi satu dari 319 penduduk atau sekitar 1.352 penderita TB,” jelasnya.
Lebih lanjut, pihaknya terus berupaya untuk menemukan penderita. Karena apabila sudah ditemukan, dilakukan screening, serta menegakkan diagnosis untuk selanjutnya diobati maka penderita bisa sembuh dan tidak membuat kasus baru.
“TB ini penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis dimana penularannya lewat udara maupun droplet, baik itu percikan udara saat batuk, bersin maupun berbicara ada droplet yang keluar itu bisa menularkan,” bebernya.
Berbeda dengan covid-19, penularan penyakit TB pada jangka waktu dan memerlukan waktu cukup lama bisa bulanan bahkan tahunan. Kuman TB juga mampu bertahan di ruang lembab dan kurang sinar matahari.
“Selain itu, tidak hanya menyerang paru-paru, TB juga tidak menutup kemungkinan terjadi di luar paru atau extra paru di hampir seluruh organ tubuh seperti tulang, kulit, kelenjar, otak,” ucapnya.
Karena itu, pihaknya gencar melakukan kegiatan untuk menemukan kasus TBC aktif diantaranya dengan Active Case Finding (ACF) yakni dengan pemeriksaan Rontgen dada dengan mobile X Ray yang menyasar risiko tinggi seperti kawasan pemukiman padat penduduk, tempat berkumpul banyak orang seperti pasar, hingga sekolah.
“Di samping itu, sejumlah fasilitas kesehatan (faskes) dan rumah sakit di Kota Yogyakarta juga telah menggunakan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) yakni alat pendiagnosis TB dengan pemeriksaan dahak,” bebernya.
Kendati alat TCM terdapat di tiga puskesmas seperti Puskesmas Tegalrejo, Puskesmas Gondokusuman 1, dan Puskesmas Kotagede 2 serta dua rumah sakit yaitu RSUD Kota Yogyakarta dan RS Pratama. Namun, pengambilan dahak bisa dilakukan di seluruh faskes terdekat masyarakat di Kota Yogyakarta. (riz/hdl)