Surabaya (pilar.id) – Kemampuan pabrikan lokal sebagai penunjang industri hulu minyak dan gas (migas) di Indonesia terus berkembang. Bicara satu dekade lalu, peralatan dan permesinan untuk industri hulu migas nasional masih didominasi produk impor.
Misalnya saja suku cadang yang disebut valve atau katup, yang sangat vital dalam operasional migas. Valve sebagai alat untuk mengontrol jumlah aliran fluida minyak dan gas, dulunya selalu diimpor dari beberapa negara di Eropa, dan juga Cina.
Sekarang pabrikan asal domestik seperti PT Teknologi Rekayasa Katup (TRK), berhasil menjadi produsen katup/valve untuk memenuhi kebutuhan industri migas dalam negeri.
Pabrikan ini memiliki kapabilitas, fasilitas dan kapasitas memproduksi ball valve kualitas terbaik yang dibutuhkan end user, yang dalam hal ini merupakan perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Tak main-main, pelanggannya antara lain adalah PT Pertamina Hulu Mahakam, British Petroleum, Medco, Mubadala, Pertagas, dan beberapa perusahaan besar lainnya.
“Semua proses pabrikasi, mulai dari disain, permesinan, perakitan, uji coba sampai pengiriman produk ke pemakai dilakukan di dalam negeri. Kami bisa memproduksi ball valve yang customize, sesuai kebutuhan pelanggan,” kata Yon Ming, Direktur PT Teknologi Rekayasa Katup.
TRK memberi jaminan kualitas karena proses pabrikasi dilakukan in-house, sehingga pengawasan kualitas dan kepastian kualitas (QC/QA) bisa dilakukan di setiap lini. Untuk tim pengawasan QC/QA, TRK mempekerjakan lebih dari 40 karyawan.
Berdiri pada 2015, pendiri sekaligus pemilik perusahaan, Yon Ming memiliki pengalaman sekitar 20 tahun menjadi pemasok valve dari luar negeri. Sudah sejak lama Yon Ming tertantang untuk ikut membangun industri valve dalam negeri.
Dibutuhkan proses yang cukup panjang, setidaknya perlu waktu delapan tahun bagi Yon Ming untuk mengembangkan pabrik yang mampu memproduksi valve.
Awalnya dia berupaya mencari mitra dari luar negeri. Namun, upaya ini gagal di tengah jalan, “Setelah berjalan beberapa waktu, mitra dari luar negeri tidak juga merealisasikan komitmennya membangun pabrik di Indonesia,” katanya.
Di tengah situasi yang tak pasti, pemilik perusahaan bertekad mendirikan pabrik valve sendiri. Beberapa pekerja dengan kualifikasi terbaik dikirim belajar ke luar negeri. Sementara di sini, TRK terus mempelajari dan melakukan uji coba produk. Akhirnya pabrikan ini berhasil membuat enam prototype valve.
Setelah sukses membuat prototype valve, TRK menghadapi tantangan baru, yaitu bagaimana produknya dapat dipakai operator migas KKKS, valve bikinan TRK dituntut lulus proses kualifikasi.
“Ketika akan memasok ke PT Pertamina Hulu Mahakam. TRK diminta mengikuti program kualifikasi (sekaligus pembinaan) dengan memproduksi lebih dari 21ea ball valve prototype. Untungnya, TRK berhasil lulus program kualifikasi ini,” jelas Yon Ming.
Selanjutnya Pertamina melakukan penilaian dari sisi administrasi, quality management system, termasuk aspek teknisnya. TRK diwajibkan memproduksi ball valve prototype yang memenuhi spesifikasi standar internasional, mulai dari sisi disain, bahan baku, permesinan, perakitan, sampai proses uji coba.
“Kami sadar, program kualifikasi dan pembinaan yang dilakukan KKKS memberikan banyak manfaat. Ada proses sharing knowledge, sehingga kami bisa melakukan penyempurnaan di berbagai aspek,” ujarnya.
“Setelah lulus program kualifikasi, pemesanan barang ke TRK naik sampai sekitar 40 persen,” tutup Yon Ming.
Saat ini TRK memiliki 159 karyawan yang seluruhnya WNI yang memiliki kompetensi dan pengalaman di bidangnya. Perusahaan ini juga terus memperbarui mesin produksi. Ke depannya, TRK berharap pemerintah, KKKS dan pemangku kepentingan lainnya terus mendukung pengunaan produk dalam negeri sesuai regulasi yang ada.
“Kami mengapresiasi dukungan dan pembinaan yang dilakukan SKK Migas dan KKKS terhadap TRK dan pabrikan-pabrikan lain di dalam negeri. Dengan dukungan dan kebijakan yang ada, seperti implementasi TKDN yang terus meningkat, pabrikan nasional dan lokal bisa terus berpartisipasi di setiap aktivitas industri hulu mingas nasional. Hal ini tentu memberikan kontribusi positif terhadap roda perekonomian nasional,” ujarnya. (mia/hdl)