Jakarta (pilar.id) – Ketua DPR RI dan Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani, melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan. Pertemuan ini terjadi dalam rangka Courtesy Call anggota parlemen MIKTA sebelum pembukaan MIKTA Speakers’ Consultation ke-9. Apakah ada pembahasan politik dalam pertemuan ini?
Kedatangan Puan ke Istana Merdeka bertujuan untuk melakukan Courtesy Call sebagai anggota parlemen MIKTA bersama presiden Jokowi. MIKTA merupakan kelompok negara-negara middle power, termasuk Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.
Pada perhelatan MIKTA Speakers’ Consultation ke-9 yang diadakan di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, DPR RI berperan sebagai tuan rumah. Puan memandu pertemuan Presiden Jokowi dengan ketua parlemen negara MIKTA lainnya, termasuk Kim-Jin Pyo dari Korea Selatan, Numan Kurtulmuş dari Turki, Andrew McLachlan dari Australia, dan perwakilan parlemen Meksiko, Fuesanta Guerrero Esquivel.
Meskipun pertemuan ini merupakan pertemuan pertama Puan dan Jokowi setelah dinamika politik jelang Pilpres 2024, Puan menegaskan bahwa pembahasan yang diangkat adalah terkait dengan forum MIKTA. Meski demikian, Puan tidak menutup kemungkinan adanya pembahasan politik pada pertemuan berdua dengan Jokowi.
“Duduknya bersebelahan karena saya samping-sampingan dengan pak Presiden, yang lainnya duduk sebelah kanan dan kiri. Bicaranya khusus Forum MIKTA,” ungkap Puan.
Meski keputusan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, mendampingi Prabowo Subianto sebagai cawapres memunculkan isu keretakan antara PDIP dengan Jokowi, Puan memastikan bahwa pertemuan berjalan baik dan lancar. Puan menyebut bahwa komunikasinya dengan Jokowi tidak terpengaruh oleh dinamika politik yang sedang berlangsung.
“Pertemuan dengan Pak Jokowi berjalan dengan baik, lancar, nyaman,” tegas Puan.
MIKTA Speakers’ Consultation ke-9 membahas tema “Strengthening Multilateralism, Addressing Intergenerational Challenges” yang sejalan dengan isu-isu utama MIKTA. Pertemuan tersebut fokus pada memperkuat multilateralisme, pemulihan inklusif, dan transformasi digital.
Puan menjelaskan bahwa selain membahas multilateralisme, pertemuan juga membahas isu-isu geopolitik, termasuk perang antara Israel dan Palestina.
“Kami membicarakan banyak hal terutama terkait perdamaian yang ada di Gaza, Palestina dan kami dalam sidang MIKTA ini mendorong agar bisa dibuka koridor-koridor kemanusiaan dan tetap memperjuangkan kemerdekaan bagi Palestina,” ungkap Puan. (hen/hdl)