Jakarta (pilar.id) – Kemacetan saat arus Mudik Lebaran 2023, diprediksi akan terjadi di sejumlah ruas tol Trans Jawa.
Kemacetan yang terjadi akibat banyaknya kendaraan yang melintas di jalan tol juga akan berimbas pada bertambahnya waktu tempuh saat berada di jalan tol.
Untuk itu, Anggota Komisi V DPR RI, Sigit Sosiantomo meminta Badan Penyelenggara Jalan Tol (BPJT) mengeluarkan aturan penurunan tarif tol atau pemberian diskon tarif tol selama arus Mudik Lebaran 2023.
“Bahkan jika tidak diberlakukan sistem ganjil genap (gage) dan oneway, kecepatan kendaraan hanya 19-34 km/jam. Padahal, standar pelayanan minimum (SPM) jalan tol untuk kecepatan minimum adalah 60 km/jam,” kata Sigit, di Jakarta, Selasa (4/4/2023).
Karena SPM kecepatan jalan tol tidak terpenuhi, Sigit mendesak BPJT menginstruksikan operator untuk memberikan diskon tarif pada ruas-ruas tol yang mengalami kemacetan parah.
Pemberian diskon tarif tol tersebut sebagai bentuk kompensasi yang adil untuk pengguna jalan tol yang sudah membayar untuk mendapatkan layanan sesuai SPM.
“Kalau SPM kecepatan di tol minimal 60 km/jam, kemudian ternyata macet parah dan SPM tidak bisa terpenuhi, ya sudah selayaknya tarif diskon diberlakukan. Operator jangan hanya mau ambil untung, tapi tidak memenuhi SPM,” kata Sigit.
Legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur (Jatim) I ini menjelaskan, sesuai SPM jalan tol no 16/PRT/M/2018 mencakup 7 substansi pelayanan, yakni kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksesibilitas, mobilitas, keselamatan, unit pertolongan/penyelamatan/bantuan pelayanan, lingkungan dan tempat istirahat.
Dalam SPM jalan tol sangat jelas bahwa ada jaminan kecepatan tempuh rata-rata di atas 60 km/jam untuk jalan tol luar kota.
Seperti diketahui, sejumlah ruas tol Trans Jawa seperti Jakarta – Cikampek KM 47-66, Jakarta – Cikampek KM 66-72, Cikampek – Palimanan KM 72 – 188, Palimanan – Kanci KM 188 – 214, Kalikangkung – Banyumanik KM 414 – 420 diprediksi akan mengalami kemacetan parah saat arus mudik.
Jika tidak diberlakukan sistem gage dan oneway serta pengaturan angkutan barang, kecepatan tempuh rata-rata di ruas ini hanya 19-34 km/jam.
Kemacetan parah sejumlah ruas tol Trans Jawa ini dipicu dengan kenaikan jumlah pemudik pada Lebaran tahun ini. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bahkan memprediksi peningkatan mobilitas masyarakat naik 44,79% dibandingkan tahun 2022.
Sebanyak 123,8 juta orang akan melakukan mobilitas dengan 75 persen pemudik menggunakan jalur darat.
Para pemudik terbanyak menggunakan kendaraan pribadi (22,07 persen), motor (20,3 persen), bus (18,39 persen), mobil sewa (7,7 persen), travel (4,24 persen).
Peningkatan mobilitas masyarakat yang naik signifikan ini akan mengakibatkan kemacetan, penumpukan pada simpul transportasi dan potensi peningkatan kecelakaan.
Selain meminta pemberlakuan diskon tarif tol di ruas-ruas yang macet parah, Sigit juga meminta pemerintah mempersiapkan contingency plan atau rencana alternatif. Hal itu diperlukan jika terjadi perubahan pada layanan umum jalan tol menjadi layanan mitigasi.
“Akibat kebijakan oneway tahun lalu, pemudik arah Jakarta yang menjadi korban kebijakan oneway terpaksa terjebak macet selama 20 jam. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi jika BPJT, Korlantas dan Kemenhub sudah memiliki rencana alternatif mengatasi kemacetan, bukan malah memperpanjang waktu one way sampai pemudik terjebak 20 jam di tol. Contingency plan ini harus disiapkan,” tandas Sigit. (ach/fat)