Jakarta (pilar.id) – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), bersama PT Krakatau Steel dan perusahaan asal Korea Selatan, Posco pada 28 Juli 2022 telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU).
Ketiganya, bersepakat untuk melakukan kerja sama investasi dibidang produksi baja untuk kendaraan listrik. Berdasar pada MoU tersebut, Menteri Investasi/BKPM, Bahlil Lahadalia mendorong Posco untuk bisa mempercepat realisasi investasi mereka.
Dorongan dan dukungan tersebut, disampaikan oleh Bahlil dalam rangka mendukung percepatan pembangunan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Apresiasi terkait perluasan investasi Posco di industri baja Indonesia juga sempat disampaikan oleh Bahlil saat bertemu dengan Presiden Direktur Posco, Jeong Tak di Bali, Senin (14/11/2022) lalu.
Kementerian Investasi pun, lanjut Bahlil, sangat serius dan berkomitmen untuk membantu agar proyek investasi PT Krakatau POSCO berjalan dengan baik.
“Produksi baja Krakatau POSCO bisa menjadi basis bahan baku bagi penetrasi pasar EV (electric vehicle) di Asia Tenggara dan global ke depannya. Apalagi dengan adanya minat perusahaan produsen EV yang akan masuk ke Indonesia seperti Foxconn, misalnya,” ungkap Bahlil dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Nilai investasi fase kedua dari Posco dan Krakatau Steel ini mencapai 3,5 miliar dolar AS atau setara Rp52,4 triliun, yang akan dimulai pada tahun 2023. Selain itu, kerja sama ini juga dilakukan dalam rangka fasilitasi rencana proyek pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Posco sendiri juga menjadi bagian dari konsorsium LG dalam proyek “grand package” industri baterai listrik terintegrasi dengan total nilai investasi mencapai 9,8 miliar dolar AS.
Presiden Direktur Posco Jeong Tak menjelaskan bahwa saat ini telah dilakukan investasi barang modal yang akan menjadi dasar untuk masuk ke pasar EV dan otomotif di kawasan Asia Tenggara.
Oleh karena itu, Jeong mengharapkan fasilitasi terkait perizinan dan insentif untuk mendukung perkembangan investasi tersebut.
Sementara itu, terkait dengan progres konsorsium, Jeong menyatakan masih terdapat negosiasi yang belum selesai dan akan segera diputuskan dalam waktu dekat.
“Kami berterimakasih atas dukungan dari Kementerian Investasi/BKPM. Sekembalinya kami ke Korea nanti, kami akan sampaikan segera kepada seluruh anggota konsorsium terkait perhatian dari Bapak Menteri untuk percepatan progres investasi Grand Package,” ujar Jeong.
Realisasi investasi Korea Selatan di Indonesia sepanjang Januari hingga September 2022 sebesar tercatat sebesar 1,67 miliar dolar AS dan berada pada peringkat keenam dengan total penyerapan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebesar 83.233 orang.
Secara akumulatif sejak tahun 2017 hingga September 2022, tercatat realisasi investasi Korea Selatan di Indonesia mencapai 9,85 miliar dolar AS.
Ada pun realisasi investasi tersebut didominasi oleh industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain; listrik, gas dan air; industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, presisi, optik dan jam; industri barang dari kulit dan alas kaki; dan industri kimia dan farmasi. (fat)