Ponorogo (pilar.id) – Batik kerap diidentikan dengan tua, kuno dan tidak modern. Namun hal itu ditepis oleh Hashifa Tsanianty Fitria Adhinata, perempuan asal Ponorogo ini ingin membuktikan bahwa pandangan tersebut tidaklah benar. Dalam mewujudkannya, ia pun mengikuti Duta Batik Jawa Timur (Jatim) 2022 dan menjadi juara di event tahunan tersebut.
Kepada Pilar.id Hashifa nama panggilannya, menceritakan pengalamannya. Bila sejak awal, tepatnya saat ia baru berusia 3 tahun, dirinya sudah diikutkan kompetisi fashion show oleh sang ibunda dan mendapat juara pertama. Atas pencapaian awal yang membanggakan itulah, dirinya semakin tertarik di dunia model.
“Dulu sering diajak mama lihat fashion show, aku suka menirukan dan mama lihat. Akhirnya aku diikutkan lomba di usia 3 tahun, setelah itu kelas 6 SD ikut duta wisata junior Kakang Senduk Ponorogo dan menang,” kenang perempuan 19 tahun ini.
Sebelumnya, Hashifa telah mengikuti Kakang, Senduk Ponorogo 2021 dan menjadi duta wisata di kabupaten yang terkenal dengan Reognya tersebut. Tak lama ia pun diutus mengikuti Duta Batik Jatim mewakili Kabupaten Ponorogo.
Ia bercerita jika dirinya diutus oleh paguyuban Kakang Senduk dua hari sebelum pendaftaran awal ditutup. Meski begitu, perempuan yang memiliki hobi bercerita dengan bahasa inggris ini, belajar dan menyiapkan dirinya untuk kompetisi tersebut.
“Saya sebelumnya tidak terlalu tahu tentang batik, saya tahunya wisata-wisata saja. Namun saya berusaha untuk mempelajari hal itu, akhirnya lolos tahap pertama yang dipilih hanya 20 dari 60 peserta, saya bersyukur,” cerita mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.
Lebih detail, ia menjelaskan setelah dipilih maka 20 peserta diwawancara pertiap individu secara online dan beberapa hari kemudian terplilih 10 orang finalis. Kemudian finalis dikarantina di Surabaya selama tanggal 3 sampai 4 Maret 2022. Selama karantina diberik pembekalan materi, Focus Group Discussion (FGD), Koreografi untuk final, serta penialianya yang lebih kompleks.
“Cara duduk, berpakaian, berinteraksi dengan orang lain termasuk penilaian. Tanggal 4 finalnya di Grand City Mall Surabaya. Diatas panggung dipilih lagi lima terbaik, terus dikasih pertanyaan lagi. Baru pengumuman pemenang dan alhamdulillah saya juara pertama,” jelas mahasiswa semester 2 Psikologi ini.
Dalam menjalankan perannya sebagai Duta Batik Jatim, Hashifa menyebut akan melakukan road show untuk mengenalkan batik di berbagai provinsi yang bekerjasama dengan Asosiasi Pengrajin Batik Jawa Timur.
“Sedang aku dan teman-teman sudah ada wacana dan akan kumpul untuk membahas hal ini. Kalau dari pribadi, aku juga aktif kasih info di instagram tentang batik, dengan ngepost foto pakai batik, itu bisa bikin orang tertarik, cara simpel yang bisa aku lakukan,” ucap Hashifa.
Namun kedepan, Hashifa pribadi berencana mengikuti Putra-Putri Batik Nusantara, sebagai jenjang dari Duta Batik Jatim, yang diperkirakan bulan Juni tahun ini. Sedang di Duta Wisata Kakang Senduk Ponorogo sendiri, ia berencana akan mengikuti Raka Raki Jatim 2022.
Menurut Hashifah, adanya Duta Batik Jatim ini sebagai interpretasi wujud anak muda, yang saat ini lebih tertarik memakai baju kebarat-baratan, karena menurut penilaiannya, anak muda saat ini merasa, jika memakai batik terlihat tua, kuno dan jadul. Namun baginya baju batik bisa di mix and match. Agar terlihat santai dan dapat dipakai di tongkrongan, tak hanya di kondangan.
“ Nah, itu peran dan fungsi kita sebagai duta batik, kita harus bisa jadi contoh untuk generasi muda. Seperti aku pernah buat challenge foto dengan baju batik, banyak yang ikut, dari langkah kecil itu, harapannya bisa berdampak besar untuk nanti,” tutup Hashifa. (jel/din)