Jakarta (pilar.id) – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya mengatakan, saat ini dunia tengah memasuki tanda-tanda kiamat. Ia menyebut, ada 4 tanda-tanda kiamat, yaitu kematian, kelaparan, perang, dan wabah penyakit.
“Nah kita sudah 3 dari 4 gitu kan,” kata Berly, di Jakarta, Rabu (13/7/2022).
Karena itu, ia mengkritisi proyek mercusuar yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) yang menyedot hingga ratusan triliun rupiah. Padahal, apabila anggaran tersebut digunakan lebih tepat sasaran dapat mengurangi dampak dari tanda-tanda ‘kiamat’ tersebut.
“Jadi bukan masalah duitnya ada, tapi banyak prioritas kebutuhan yang lebih tinggi,” kata dia.
Berly juga mengkritisi soal pemberian subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang juga menelan ratusan triliun rupiah. Menurut Berly, subsidi BBM lebih banyak dinikmati masyarakat menengah ke atas.
Seiring dengan perbaikan infrastuktur, maka jumlah kendaraan mobil juga kian bertambah. Secara otomatis, jumlah subsidi yang mereka nikmati jadi semakin tinggi.
“Disebutnya kecanduan lama BBM murah. Padahal, harusnya kita dorong transisi energi, public transport, electric vehichle, naik sepeda, atau perbanyak work from home (WFH),” kata dia.
Menurut Berly untuk menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia tantangan sangat berat. Ia menyoroti soal stimulus anggaran untuk menangani pandemi yang relatif kecil dibanding negara-negara Asia timur. Kemudian, pemerintah juga perlu memperbaiki database yang tidak akurat sehingga turut menyumbang ruwetnya penanganan kemiskinan di Indonesia.
“Jadi kalau mau serius mengurangi kesenjangan, kemiskinan pascapandemi, itu harus didirect. Selain itu, alokasi kredit dan program-program finance itu bisa lebih banyak ke masyarakat menengah ke bawah,” tandas Berly.(ach/hdl)