Semarang (pilar.id) – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mendorong Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) untuk terus berkontribusi dalam memelihara kerukunan di Indonesia.
Ganjar menyampaikan pandangannya ini saat menghadiri pelantikan Ketua PSMTI Jawa Tengah, Bambang Wuragil, di Hotel Padma, Semarang, pada malam Selasa (8/8/2023). Dalam acara penting ini, hadir juga Ketua Dewan Kehormatan PSMTI Pusat, Hary Tanoesoedibjo, serta Ketua Umum PSMTI, Wilianto Tanta.
Ganjar mengingatkan tentang peran penting komunitas Tionghoa dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia mengacu pada sosok-sosok berpengaruh seperti Laksamana Muda TNI John Lie, yang dikenal juga sebagai Jahja Daniel Dharma, serta Yap Tjwan Bing, yang menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
“Mereka telah berkontribusi sejak berdirinya Indonesia, meskipun mungkin nama-nama mereka tidak begitu dikenal luas,” kata Ganjar.
Ganjar juga mengapresiasi semangat PSMTI dalam melestarikan budaya Indonesia melalui kegiatan-kegiatan sosial, budaya, dan pendidikan.
Menurutnya, komitmen untuk merawat Indonesia adalah suatu hal yang penting dan harus terus dijaga. Gubernur berpendapat bahwa kerukunan yang telah terjaga selama ini harus terus diperkuat tanpa memandang perbedaan suku, agama, atau ras.
“Merawat Indonesia adalah hal yang penting bagi kita semua, dan nilai-nilai ini harus terus kita jaga agar seluruh anak bangsa bisa hidup rukun tanpa memandang perbedaan latar belakang,” ujar Ganjar dalam wawancara usai acara.
Sebagai seorang pemimpin yang telah menjabat dua periode, Ganjar memberikan contoh konkrit tentang bagaimana perbedaan suku, ras, dan agama tidak menghalangi pembangunan bangsa dan kehidupan berdampingan yang harmonis.
Ia mengisahkan pengalamannya di Lasem, Jawa Tengah, sebuah kota pelabuhan besar yang memiliki beragam etnis dan sejarah perdagangan yang kaya.
Ganjar melihat bahwa keragaman ini masih berlangsung hingga saat ini, contohnya dalam acara-acara di Lasem di mana warga dari berbagai latar belakang etnis turut berpartisipasi dengan memberikan sumbangan makanan, minuman, dan bahkan pertunjukan barongsai.
“Keragaman ini juga tercermin dalam warisan budaya seperti batik, yang mencerminkan keberagaman suku seperti Jawa, Arab, dan Tionghoa. Semua ini dinamis dan menarik, dan tugas negara adalah untuk menjaganya. Ketika ada ancaman terhadap kerukunan, kita harus bersuara,” jelasnya.
Seperti yang kita ketahui, PSMTI merupakan organisasi etnis Tionghoa terbesar di Indonesia. Dengan usia 25 tahun, PSMTI telah beroperasi di 32 provinsi dan lebih dari 300 kabupaten/kota, dengan jumlah anggota pengurus mencapai lebih dari 600 ribu orang. (usm/hdl)