Cirebon (pilar.id) – Ganjar Pranowo, calon presiden nomor urut 3 pada Pemilu 2024, mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan Lapas Nusakambangan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sebagai penjara khusus pejabat koruptor. Pernyataan tersebut disampaikan dengan tujuan memberikan hukuman yang setimpal dan efektif sebagai bentuk efek jera.
Ganjar mengungkapkan sikap tegasnya ini saat memberikan kuliah kebangsaan di Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) pada Jumat (8/12/2023), di hadapan ribuan mahasiswa yang memberikan sambutan positif dengan tepuk tangan.
Nusakambangan, sebuah pulau kecil di Cilacap, Jawa Tengah, yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, memiliki Lapas yang khusus diperuntukkan bagi narapidana kelas kakap, tanpa fasilitas mewah. Ganjar menyampaikan pertanyaan kepada mahasiswa, “Setuju nggak kalau koruptor dimasukkan sana?” dan mendapat tanggapan setuju dari hadirin.
Ganjar menjelaskan bahwa Nusakambangan masih terpencil, jauh dari keramaian, dengan banyak semak belukar. Ia menyoroti keberadaan fasilitas tersebut sebagai tempat yang sesuai untuk menempatkan pejabat koruptor.
Pemberantasan korupsi menjadi salah satu prioritas besar bagi Indonesia, dengan negara mengalami kerugian mencapai Rp 42 triliun akibat korupsi. Dalam kuliahnya, Ganjar mengemukakan bahwa jumlah tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk peningkatan layanan kesehatan dan pendidikan. “Padahal dengan uang Rp 42 triliun kalau untuk bangun puskesmas senilai Rp 5 miliar bisa jadi 8400 puskesmas,” paparnya.
Ganjar Pranowo, yang berpasangan dengan Mahfud MD, menegaskan komitmennya dalam memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar kembali menjadi lembaga yang independen. “Kalau kemudian orang sudah marah pada situasi koruptif, maka kita harus melakukan tindakan yang ekstra seperti menguatkan KPK dan bikin KPK makin independen. Dan kita bawa pejabat koruptor ke Nusakambangan,” ungkapnya.
Sikap tegas Ganjar mendapatkan respon positif dari mahasiswa, seperti yang diungkapkan oleh Novita yang mengapresiasi langkah Ganjar sebagai bentuk kebutuhan masyarakat akan pemimpin yang tegas dalam penegakan hukum. “Itu setuju dan itu termasuk sikap tegas oleh Pak Ganjar dan masyarakat butuh sikap pemimpin yang seperti itu,” ujarnya.
Novita menyatakan kejenuhan masyarakat terhadap perilaku hukum di Indonesia yang dianggap tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Ganjar dianggap sebagai pemimpin yang aspiratif dalam penegakan hukum. “Setahu saya ada napi koruptor penjaranya diistimewakan. Dan, Insyaallah Pak Ganjar bisa amanah. Semangat Pak Ganjar,” pungkasnya. (rio/hdl)