Yogyakarta (pilar.id) – Pandemi sudah berlangsung lebih dari dua tahun dan memukul hampir seluruh sektor kehidupan masyarakat. Terutama di bidang ekonomi. Pelaksanaan Gebyar UMKM yang berlangsung di Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta mulai Selasa (15/3/2022) diharapkan bisa menjadi titik awal kebangkitan dari Pandemi Covid-19.
Pameran produk yang diikuti oleh 35 pelaku UMKM termasuk kelompok tani ini, diharapkan bisa menjadi pemupuk semangat masyarakat dalam mengembangkan usaha dan terus berinovasi demi menjaga ketahanan ekonomi di masa-masa sulit.
“Tujuannya adalah mendorong masyarakat agar mulai menata kembali kehidupan terutama untuk kebangkitan ekonomi dari pandemi,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi saat membuka Gebyar UMKM di Kecamatan Ngampilan Yogyakarta, Selasa (15/3/2022).
Menurut dia, pandemi COVID-19 memberikan banyak pelajaran kepada masyarakat termasuk kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk tetap bisa bertahan bahkan berkembang di masa pandemi.
“Selama pandemi, pelaku UMKM diharapkan bisa lebih jeli dalam melihat peluang pasar dan beradaptasi cepat dengan perubahan-perubahan yang terjadi,” katanya.
Perubahan yang paling besar, lanjut Heroe adalah penggunaan transaksi secara daring sehingga pelaku UMKM yang awalnya masih terbiasa melakukan transaksi secara tunai harus mulai menyesuaikan perubahan tersebut.
“Pemerintah bisa memberikan fasilitasi pelatihan bagi pelaku UMKM agar bisa lebih terbiasa menggunakan transaksi digital,” katanya.
Sementara itu, Camat Ngampilan Endah Dini Astuti mengatakan, kegiatan Gebyar UMKM sempat akan ditunda karena Yogyakarta memasuki PPKM Level 4.
“Tetapi, karena semua pelaku UMKM sudah siap dan berkomitmen menyelenggarakan protokol kesehatan secara ketat, maka kegiatan tersebut tetap dilaksanakan sesuai jadwal,” katanya.
Selain menampilkan produk dari lima gabungan kelompok tani (gapoktan), dalam pameran tersebut juga ditampilkan produk dari pelaku UMKM kuliner, fashion, rajut, dan ecoprint.
“Pelaku UMKM di Kecamatan Ngampilan juga bisa menampilkan produk mereka di hotel-hotel yang ada di wilayah,” katanya.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Ngudi Manunggal Edi Suryono mengatakan, kelompok tani tersebut terbentuk di awal masa pandemi pada April 2020 dengan memanfaatkan lahan yang semula hanya digunakan untuk tempat pembuangan sampah.
“Lahannya memang sempit tetapi kami bisa memberikan alternatif pemenuhan pangan yang murah dan terjangkau untuk masyarakat sekitar,” katanya.
Selain menanam berbagai jenis sayuran seperti sawi, bayam, kangkung, tomat, terung, dan cabai, kelompok tani tersebut juga melakukan budi daya lele. “Hasilnya dinikmati masyarakat sekitar, belum ditujukan untuk konsumen besar. Harganya pun lebih murah dan jika panen melimpah, maka kami bagikan,” katanya. (fat/antara)