Jakarta (pilar.id) – Penyakit jantung bukan hanya diderita orang dewasa, tetapi juga bisa menyerang anak-anak sejak lahir yang disebut Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau sering disebut dengan istilah jantung bocor.
Setiap tahunnya, mulai tanggal 7-14 Februari diperingati sebagai Congenital Heart Disease Awareness Week atau Pekan Kesadaran Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
Momen ini menjadi pengingat untuk meningkatkan kesadaran pada penyakit yang cukup banyak diderita lebih dari 45 ribu dari lima juta anak-anak yang lahir dalam satu tahun di Indonesia.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi IDAI, dr. Rizky Adriansyah mengatakan setidaknya terdapat ciri-ciri PJB pada anak-anak yang paling umum yakni berat badan sulit naik, sesak nafas, hingga gejala yang tidak disadari seperti batuk berulang.
“Gejala-gelaja yang sangat tidak kita sadari ini misalnya mengalami pneumonia berulang, sesak batuk atau batuk pilek berulang, sembuh sebentar tapi nanti sakit lagi, nah kondisi-kondisi seperti itu perlu dilakukan skrining,” paparnya saat media briefing IDAI yang digelar virtual, Selasa (14/2/2023).
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, menjelaskan anjuran makanan yang boleh dikonsumsi pada anak PJB secara umum dengan menjaga pola makan yang akan nutrisi.
“Sesuai anjuran Kemenkes isi piringku kaya akan protein hewani itu sangat tepat, bahkan untuk anak-anak PJB itu diperlukan. Jadi jangan sampai anak-anak kita itu jantungnya bocor, terus mengonsumsi junk food minuman yang manis-manis nanti penyakitnya double, kena PJB, kena obesitas, diabetes,” terangnya.
Lebih lanjut, apabila penyakit jantung yang diderita defect besar, dimana membuat gagal tumbuh maka penderita PJB biasanya diberikan makanan yang tinggi kalori, rendah volume seperti makanan-makanan padat, atau susu tinggi kalori dari protein dan lemak.
“Jadi ada beberapa patokan kebutuhan protein hewani dan itu harus cukup sesuai dengan usianya. Selain itu, penting juga bagi orang tua saat imunisasi untuk selalu memastikan dokter mendengarkan detak jantung menggunakan stetoskop dengan seksama,” tambahnya.
Pemeriksaan tersebut, imbuh Piprim merupakan deteksi dini sebagai skrining awal anak penderita PJB. Pasalnya, terdapat golden period atau masa-masa ideal dilakukan tindakan, apabila telah melewati masa tersebut maka tidak bisa dilakukan operasi.
“Kalau sudah lewat maka anak itu jadi cacat permanen. Itulah pentingnya diagnosis dini, harus segera dirujuk, dilakukan pemeriksaan yang seksama oleh ahli jantung yang kompeten, baru nanti ditentukan manajemennya,” urai dia. (riz/hdl)