Jakarta (pilar.id) – Frekuensi penyakit Diabetes Melitus (DM) meningkat di seluruh dunia, khususnya anak-anak. Hal ini berdasarkan data WHO pada 2022 dimana penyakit ini berisiko lebih tinggi menyerang anak usia 0-18 tahun.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Muhammad Faizi, SpA(K) menyebut pada anak-anak ada dua tipe DM yang sering dijumpai yaitu DM tipe-1 yang disebabkan faktor genetik dan DM tipe-2 karena gaya hidup.
“DM tipe-2 ini, prevalensinya kurang lebih 5-10 persen disebabkan gaya hidup dan pola makan yang tidak teratur menjadi satu diantara faktor kejadian,” ungkapnya, saat Media Briefing Virtual IDAI, Rabu (1/2/2023).
Dikatakan Faizi, tanda-tanda anak menderita DM tipe-1 yakni anak akan terlihat lebih kurus meskipun telah makan banyak. Berbanding DM tipe-2, anak-anak memiliki tubuh gemuk karena obesitas akibat mengonsumsi gula maupun junk food secara berlebih.
“Selain itu, gejala klinis DM yang khas yaitu anak-anak banyak makan, banyak minum, dan sering buang air kecil (BAK) dan sering ngompol meski sudah tidak di usia mengompol,” imbuhnya.
Dalam menjalani aktivitasnya, anak-anak juga akan mudah lelah dan terlihat lesu. Selain itu, gejala lain anak yang mengidap DM tipe-2 terlihat pada fisik terutama bagian tengkuk dan ketiak.
“Anak yang terkena DM tipe-2 ciri-cirinya di bagian tengkuk kulit biasanya ada lapisan kulit hitam. Kalau orang tua yang tidak tahu sering disangka daki, tapi saat digosok tidak hilang orang tua harus waspada,” bebernya.
Selanjutnya, penanganan anak pengidap DM tipe-2 yakni dengan pemberian insulin, tidak harus disuntik pada tipe-2 ini bisa dengan mengonsumsi obat anti diabetes. Menyoal kemungkinan sembuh, Faizi mengaku sulit apabila melihat dari riwayat penyakitnya.
“Kalau melihat perjalanan penyakitnya tidak, apapun tipenya. Semakin menua, insulin semakin tidak bagus dalam tanda petik tidak ada kata sembuh tapi bisa hidup normal dengan kualitas yang baik kalau dikelola dengan baik,” tegasnya.
Berbeda denan DM tipe-1, sebenarnya, lanjut Faizi kejadian DM tipe-2 pada anak-anak bisa dicegah atau ditunda dengan pola hidup dan diet yang seimbang serta olahraga yang teratur. Faizi juga berharap, semakin banyak yang memahami tentang DM pada anak, kewaspadaan orang tua, guru, dan komunitas terhadap DM semakin meningkat.
“Sehingga penanganan penyakit ini dapat dilakukan secara cepat, tepat, terkontrol dan terkendali. Dan pada akhirnya, anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik layaknya anak sehat lain,” tutupnya. (riz/hdl)