Jakarta (pilar.id) – Memperingati hari Internasional Women’s Day (IWD), sejumlah buruh, mahaiswa serta organisasi lainnya berkumpul di depan Grahadi, Surabaya, pada Rabu (8/3/2023)
Seperti yang disampaikan Syska La Veggie, selaku koordinator IWD, jika aksi peringatan dengan berbagai orasi dari Grahadi dan berlanjut di Balai Pemuda tersebut membawa 17 tuntutan, diantaranya:
1. Tolak dan cabut PERPPU Cipta Kerja
2. Desak pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT)
3. Mengawal penguatan sosialisasi Permendikbud 30 tahun 2021 tentang pencegahan penanganan kekerasan seksual, serta mendorong edukasi dan kompetensi terhadap pihak-pihak yang menangani
4. Mengawal dan mendorong peraturan pelaksanaan UU TPKS agar lebuh komprehensif, termasuk tentang kekerasan berbasisi gender online
5. Menuntut aparat penegak hukum untuk melakukan mitigasi berprespektif korban dan gender.
6. Wujudkan ruang aman dan iklim egaliter di semua lembaga pendidikan.
7. Mendorong sosialisasi dan perwujudan pendidikan seksualitas sejak dini
8. Tuntutan terhadap pemerintah untuk dukungan dan kepedulian terhadapnya kelompok akar rumput.
9. Mendorong partisipasi tang lebuh inklusif terhadap perempuan dan kelompok rentan lainnya dalam perwujudan pembangunan.
10. Hentikan diskriminasi marginalisasi dan persekusi terhadapnya kawan-kawan transpuan dan gender minoritas lainnya
11. Mendesak pemerintah untuk menyelesaikan kasus intoleransi dan diskriminasi terhadap perempuan Syiah Sampang Madura.
12. Mendorong pemerintah untuk memperkuat sosialisasi pencegahan dan penanganan tepat bagi orang dengan HIV/AIDS
13. Penguatan anggaran untuk mengakomodir pemberdayaan kelompok marginal.
14. Mendesak pemerintah untuk peduli terhadap isu-isu perusakan lingkungan.
15. Bebaskan petani Pakel yant berjuang atas tanahnya dan rebut kembali ruang hidup srta Kedaulatan rakyat atas sumber-sumber agraria.
16. Wujudkan representasi perempuan dalam ranah politik dan lembaga pemerintah yang tidak sekedar simbolik tetapi juga substantif
17. Mendesak ciptakan program-program pemberdayaan perempuan yang tepat dan penggunakan sistem periodesasi program yang dikelola oleh pemerintah.
Adanya belasan tuntunan tersebut, Syska nama panggilannya berharap agar tak hanya berhenti menjadi tuntutan dan perayaan, tetapi bisa direalisasikan oleh pemerintah
“Semoga apa yang disuarakan oleh teman-teman bisa didengar dan diketahui oleh masyarakat luas, serta pemerintah yang bisa mewujudkan tuntutan yang sudah di suarakan oleh teman-teman saat ini,” harap Syska. (jel/fat)