Lumajang (pilar.id) – Mahasiswa harus mampu tumbuh menjadi agen perubahan sosial. Langkah penting yang perlu dilakukan sesudahnya adalah mengedepankan kolaborasi.
Hal ini disampaikan Kapolres Lumajang AKBP Boy Jeckson saat menghadiri Pelatihan Kader Lanjutan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII, Angkatan IV di Gedung Graha Bhakti Nagara, Lumajang, Jumat (27/1/2023) lalu.
Ditegaskan, kolaborasi adalah kunci bagi masyarakat untuk keluar dari tantangan kondisi yang serba tidak pasti.
“Tahun 2023 diprediksi akan menghadirkan tantangan global kendati hingga saat ini kondisi Indonesia masih baik-baik saja. Kolaborasi menjadi kunci untuk bisa keluar dari berbagai kesulitan dan ketidakpastian,” terang Boy.
Mahasiswa, lanjut dia, memiliki peran penting sebagai agen perubahan positif dan konstruktif di masyarakat. Tujuannya, mewujudkan tercapainya Indonesia Emas 2045.
“Untuk mengemban peran tersebut mahasiswa perlu jadi orang yang dapat mempertanggungjawabkan keilmuan serta intelektualitasnya lebih dulu,” ucap mantan Kapolres Nganjuk ini.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan bahwa disrupsi bukannya tak mungkin menebalkan tantangan yang dihadapi. Tapi ia optimistis, disrupsi bisa diatasi lewat kepekaan terhadap krisis.
Selain itu juga kelincahan beradaptasi dan melakukan terobosan inovatif. “Kita semua, khususnya generasi muda dan adik-adik mahasiswa mesti membangun sense of crisis. Dengan modal kepekaan itulah kemudian kita bisa lincah dan cepat melakukan terobosan kreatif memecahkan persoalan yang ada,” terangnya.
Kehadiran anak-anak muda ini, tambahnya, bisa mewujudkan Indonesia Emas 2045. Mengingat kunci tercapainya target ini adalah percepatan peningkatan kualitas SDM unggulan, khususnya penguasaan iptek.
“Selain itu, untuk mewujudukan hal ini juga situasi kamtibmas yang kondusif,” tegasnya. (ret/hdl)