Jakarta (pilar.id) – Sampah plastik saat ini sudah sejak lama menjadi masalah bagi kelestarian bumi. Terutama, karena sifat sampah plastik yang tidak bisa diurai secara alami. Sehingga, tumpukan sampah plastik jadi hal yang tak bisa dihindari.
Di sisi lain, mengurangi penggunaan platik di kehidupan sehari-hari pun masih sangat sulit dilakukan. Sebab, banyak produk kebutuhan sehari-hari yang masih menggunakan plastik sebagai bahan utama kemasan mereka.
Untuk mencari solusi pengelolaan sampah plastik ini, The Incubation Network bekerja sama dengan Global Plastic Action Partnership dan Alliance to End Plastic Waste membuat sebuah tantangan atau Challenge. Mereka membuka pendaftaran bagi mereka yang memiliki program inovatif yang berfokus daur ulang dan upcycling plastik di beberapa negara Asia Tenggara lewat sektor bisnis.
“Perjanjian Plastik Global yang baru disahkan akan membutuhkan inovasi yang dibangun berdasarkan wawasan lokal dan pendekatan yang tepat untuk menangani sampah polusi plastik,” kata Direktur Global Plastic Action Partnership, Kristin Hughes dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (11/6/2022).
Disebutkan bahwa program inovatif itu bernama Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge, yang akan berfokus mencari solusi inovatif mengatasi polusi sampah plastik dari pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM), perusahaan rintisan atau startup dan perusahaan sosial.
Lewat program itu, diharapkan para pengusaha dapat berkontribusi pada pengurangan sampah yang tidak terkelola dengan baik di sejumlah negara seperti Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Pendaftarannya sendiri dibuka hingga tanggal 4 Juli 2022 mendatang.
Sebab, Asia Tenggara menyumbang sekitar 40 persen polusi sampah plastik ke laut dan menjadi ancaman serius bagi keanekaragaman hayati, komunitas dan industri global ataupun regional. Tanpa upaya dan perbaikan infrastruktur pengelolaan sampah yang tepat, diperkirakan 29 juta ton sampah plastik akan mencemari laut setiap tahun sampai tahun 2040.
The Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge berfokus pada tiga bidang yakni meningkatkan jumlah sampah plastik yang dikelola, diproses, dan atau didaur ulang, mendukung peningkatan operasional pengelolaan dan daur ulang sampah plastik serta meningkatkan kondisi lingkungan kerja dalam pengelolaan dan daur ulang sampah plastik.
Bagi cohort yang terpilih nantinya akan ikut berpartisipasi dalam program pengembangan kapasitas dari bulan September 2022 hingga Januari 2023 untuk meningkatkan solusi melalui keterlibatan dengan beragam jaringan pemangku kepentingan.
Selain mendapatkan peluang membangun kemitraan dan bimbingan dari para ahli di sektor persampahan, cohort juga akan menerima peningkatan visibilitas, akses ke acara, komunitas dan program terpilih yang dipimpin oleh mitra pelaksana dan pendukung sekaligus memiliki kesempatan bersaing mendapatkan dana hibah untuk meningkatkan skala solusinya.
Program inovatif itu didanai oleh Alliance to End Plastic Waste dan bekerja sama dengan Ocean Plastic Prevention Acceleration, SecondMuse, The Circulate Intiative, Global Affairs Canada serta DEFRA.
Wakil Presiden Proyek Alliance to End Plastic Waste Nicholas Kolesch mengatakan bahwa menemukan inovasi dan solusi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara mendesak sangat penting untuk mengatasi tantangan sampah plastik di Asia Tenggara.
Pihaknya akan mendukung program itu agar daur ulang sampah dapat lebih optimal. Sehingga The Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge bisa mempercepat solusi di sektor persampahan.
“Melalui pengalaman kami sendiri di lapangan, kami telah melihat permintaan yang signifikan akan solusi praktis untuk mengumpulkan, memilah, memproses dan mendaur ulang sampah plastik. Semua ingin mengatasi masalah ini, mereka hanya membutuhkan opsi yang lebih layak,” kata Nicholas.
The Incubation Network sendiri merupakan sebuah inisiatif berbasis dampak yang mencari, mendukung dan meningkatkan solusi inovatif holistik untuk memerangi polusi sampah plastik dan meningkatkan mata pencaharian kelompok rentan dalam pengelolaan sampah dan sistem daur ulang. (fat)