Bantul (pilar.id) – Kerajinan tangan atau Craft merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Bantul. Pasalnya craft dari Kabupaten Bantul tidak saja dipasarkan di dalam negeri tetapi juga, produk unggulan ekspor.
Bahkan, dari 8,5 triliun hasil ekspor seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta (DIY), 75 persen diantaranya berasal dari craft Kabupaten Bantul.
Sayangnya, meskipun craft Kabupaten Bantul memiliki potensi ekonomi besar, Bantul tidak memiliki ketersediaan bahan baku yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan craft atau kerajinan tangan.
Sehingga, Kabupaten Bantul membutuhkan pasokan bahan baku dari kabupaten dan kota lain. Hal tersebut diungkapkan Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih dalam kegiatan Indonesia Craft Congress (ICC) 2023 Local Crafts, Global Market di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Selasa (14/3/2023).
Dikatakan Halim, kongres ini sebagai upaya untuk menjalin jejaring antardaerah di Indonesia, seperti Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Gunung Kidul dengan membangun ekosistem craft nasional agar Indonesia menjadi negara yang super power di bidang craft and folk art.
“Mari kita membuat jejaring, membuat ekosistem karena Bantul tidak ada bahan baku. Hanya punya kreativitas yang hari ini kesulitan mencari bahan baku seperti enceng gondok, bambu, kayu, rotan, bahkan batu dan tanah liat,” paparnya.
Menurutnya, Bantul telah berkembang menuju craft yang berorientasi lingkungan atau sustainable craft yang berkelanjutan dimana memikirkan dampak lingkungan bisa diminimalisir dengan membuat satu metode baru yaitu recycle dan upcycle craft.
“Sudah banyak yang memanfaatkan seni-seni yang memanfaatkan dari sampah atau limbah yang bernilai jual tinggi,” imbuhnya.
Sementara, Ketua ICC 2023 Arif Suharson menyebut kongres yang turut mengundang dinas-dinas terkait, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), budayawan, praktisi, dan seniman ini telah menciptakan beberapa kesepakatan seperti kolaborasi dan sinergi antar pihak terkait hingga mempermudah sistem regulasi yang berpihak pada pelaku UMKM atau perajin.
“Tentu untuk meningkatkan nilai produksi dan distribusi, juga menguatkan jejaring hexa-helix membranding kota berdasarkan keunggulan dan ciri khas masing-masing dengan membangun ekosistem crafts and folk art,” urai Arif.
Sehingga, lanjutnya pembangunan kota yang berkelanjutan bisa terlaksana dengan adanya timbal balik antar kota yang berkomitmen untuk berinvestasi dalam kreativitas serta saling memberi dukungan.
“Secara signifikan, dampak dari kongres ini bisa saling memberikan motivasi dan pemetaan potensi crafts and folk art sebagai upaya mengenali potensi diri, membangun branding kota sesuai keunggulan masing-masing. Termasuk juga menghidupkan sektor industri kreatif bidang crafts and folk art secara berkelanjutan” terangnya. (riz/fat)