Jakarta (pilar.id) – PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) dan afiliasinya, sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) produsen gas alam, telah berhasil mendukung PT Badak NGL dalam menerapkan inovasi LPG Production Booster System (LPBS) di kilang LNG Bontang.
Langkah ini memungkinkan gas alam yang dihasilkan oleh PHI dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan Liquefied Petroleum Gas (LPG) dalam negeri dan mengurangi impor LPG nasional.
Kilang LNG Bontang, yang dioperasikan oleh PT Badak NGL, bertugas mengolah gas alam menjadi Liquefied Natural Gas (LNG) serta produk sampingannya seperti LPG dan kondensat.
Kilang ini didesain untuk mengolah gas dengan kandungan metana antara 87-88 persen. Namun, sejak kuartal ketiga tahun 2017, kilang LNG Bontang menerima gas dengan kandungan metana yang melebihi batas desain kilang.
Akibatnya, komponen LPG yang terdapat dalam gas alam yang masuk digunakan untuk memproduksi LNG sehingga LPG tidak dapat diproduksi. Situasi ini menyebabkan peningkatan impor LPG untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Untuk mengatasi masalah tersebut, SKK Migas, PHI, dan PT Badak NGL membentuk gugus tugas untuk melakukan studi inovasi.
Pada Februari 2020, gugus tugas sepakat untuk memodifikasi kilang Bontang dengan menerapkan metode LPBS. Metode ini melibatkan penambahan alat pendingin scrub column condenser di unit fraksinasi dan penggantian media pendinginnya dari Propane Refrigerant menjadi Mixed Component Refrigerant (MCR). Inovasi ini menjadi yang pertama kali diterapkan di kilang LNG di seluruh dunia.
John Anis, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia, menyampaikan komitmen perusahaan untuk terus menerapkan inovasi, berkolaborasi, dan menciptakan nilai yang signifikan bagi seluruh pemangku kepentingan, terutama pemerintah, masyarakat, dan pemegang saham.
“Kami mendukung penerapan metode LPBS di kilang LNG Bontang agar gas alam yang diproduksi oleh PHI dapat diproduksi dalam bentuk LPG. Keberhasilan pengapalan kargo LPG produsen gas selama periode April 2022 – April 2023, mencapai lebih dari 80 ribu metrik ton, telah memberikan pendapatan tambahan bagi perusahaan sebesar lebih dari 50 juta dolar,” ujar John.
John menambahkan bahwa kolaborasi PHI dan PT Badak NGL dalam proyek ini mendapatkan penghargaan khusus dari PT Pertamina (Persero) sebagai The Best Collaborative Action Program.
“Dengan kesuksesan inovasi dan kolaborasi ini, pengapalan kargo LPG dapat dilakukan secara berkala, berkontribusi langsung dalam pemenuhan kebutuhan LPG dalam negeri, serta mengurangi impor LPG nasional yang dapat menghemat devisa negara,” imbuhnya.
Dengan penerapan inovasi LPBS di kilang LNG Bontang, PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) telah berperan penting dalam memastikan ketersediaan LPG dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. (hdl)