Jakarta (pilar.id) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan defisit anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga 14 Desember 2022 tercatat Rp237,7 triliun, atau 1,22 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit tersebut dinilai jauh lebih kecil dari indikasi APBN, sebesar Rp840,2 triliun atau 4,5 persen.
“Dari sisi keseimbangan primer surplus Rp129 triliun. Namun over all postur sudah defisit Rp237,7 triliun,” kata Sri Mulyani, di Jakarta, Selasa (20/12/2022).
Sri Mulyani menjelaskan, dari sisi penerimaan negara per 14 Desember 2022 mencapai Rp1.634,4 triliun. Realiasi penerimaan tersebut bahkan sudah melampaui dari target Perpres 98/2022.
“Pajak sudah menembus 110,06 persen, dan naik 41,93 persen dibanding penerimaan tahun lalu yang mencapai Rp1.151,5 triliun,” kata Sri Mulyani.
Adapun sumber penerimaan negara berasal dari PPh migas mencapai Rp900,0 triliun atau 120,2 persen dari target. Realisasi PPh Migas juga telah melampaui target, yakni sebesar Rp75,4 triliun atau 116,6 persen.
“Kalau kita lihat PPh migas di atas karena harga minyak tinggi. PPh non migas aktivitas ekonomi kita juga 20 persen di atas target karena pemulihan ekonomi kita yang membaik,” papar Sri Mulyani.
Kemudian PPN dan PPnBM mencapai Rp629,8 triliun atau 98,6 persen dari target. Selanjutnya PBB dan pajak lainnya sebesar Rp29,2 triliun atau 90,4 persen.
Ditambahkan Sri Mulyani, pertumbuhan pajak relatif sangat baik sejak April hingga Desember 2022. Pertumbuhan kumulatifnya bahkan di atas 40 persen. Namun untuk pertumbuhan secara tahun harus diwaspadai karena sejak November – Desember mulai terjadi penurunan.
“Artinya kenaikan pajak tetap tinggi, tapi growth-nya tidak akan terus menerus tinggi,” kata dia.
Sementara itu, untuk bea cukai sudah mengumpulkan Rp293,08 triliun atau 98,01 persen. Sri Mulyani menjelaskan, untuk bea masuk tumbuh 33,09 persen, bea keluar 21,65 persen, dan cukai 17,04 persen.
“Penerimaan dari bea cukai ini cukup resilien. Tahun lalu juga sebenarnya tumbuh tinggi dan sekarang masih bertahan tumbuh 20,03 persen,” kata Sri Mulyani. (ach/hdl)