Jakarta (pilar.id) – Mendekati Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, para santri di Makkah diberikan pesan penting untuk selalu menjaga kerukunan dan persaudaraan sesama anak bangsa, meskipun berbeda pilihan politik.
Imbauan ini disampaikan oleh Konsul Jenderal (Konjen) RI Jeddah, Yusron B Ambary, dalam pertemuan silaturrahmi dan dialog yang berlangsung pada Senin (30/10/2023), di salah satu peristirahatan (istiraha) di Makkah.
Disampaikan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/11/2023), para santri ini juga diimbau untuk menggunakan hak pilih mereka dalam menjalani hajatan demokrasi lima tahunan tersebut.
Selain itu, para santri diingatkan agar tetap memegang teguh tujuan awal mereka, yaitu menimba ilmu di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah, meskipun berada jauh dari keluarga dan kampung halaman.
“Taati aturan yang ada. Peraturan semakin ketat. Jangan mengabaikan aturan. Selalu ingat untuk tidak membawa budaya dari Indonesia dan mencoba memaksakannya di sini. Kita harus menghormati adat dan norma di tempat yang kita tinggali,” pesan Konjen sambil menyertakan nasihat bijak dalam hidup bermasyarakat.
Ia pun menambahkan pentingnya bagi para santri untuk memastikan kelengkapan dokumen resmi mereka, termasuk izin tinggal, selama berada di Kota Suci Makkah. Menurut Konjen, ini merupakan tindakan yang penting dalam menjaga kepatuhan terhadap aturan dan hukum yang berlaku di Arab Saudi.
Konjen Yusron juga memberikan peringatan tentang penggunaan media sosial yang bijak, khususnya kepada jemaah yang seringkali terlibat dalam masalah hukum karena tindakan tidak bijak dalam bermedia sosial, seperti berfoto sembarangan atau menggunakan atribut politis dan bisnis.
Para santri juga diingatkan bahwa mereka adalah representasi Indonesia ketika berada di Arab Saudi. Mereka disebut sebagai pelaku non-negara (non-state actor) dalam dunia diplomasi, yang berperan dalam memperkenalkan Indonesia kepada dunia dan mempromosikan citra dan potensi negara.
Selain itu, Konjen Yusron mendorong para santri untuk kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studi mereka di Makkah dan mengamalkan ilmu yang telah mereka peroleh.
“Jangan terlalu lama berlama-lama di sini hanya untuk mengurus jemaah umrah. Gunakan ilmu yang kamu peroleh untuk kebaikan yang lebih besar daripada sekadar menjadi pemandu ibadah umrah,” pesan Konjen kepada para santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan berada di bawah naungan perkumpulan atau rubat, seperti Rubat Jawa, Rubat Lombok, dan Rubat Mandailing.
Sejumlah santri di Makkah belajar di Madrasah Shalatiyah, sekolah tertua di wilayah yang dulunya dikenal sebagai Hijaz. Madrasah yang didirikan oleh ulama besar asal India, Syekh Rahmatullah Ibnu Khalil al-Hindi al-Dahlawi, menjadi tempat bersejarah di Tanah Suci Makkah. Madrasah ini pernah menjadi tempat belajar tiga ulama besar asal Indonesia, yaitu K.H. Hasyim Asy’ary (pendiri Nahdlatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), dan K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (pendiri Nahdlatul Wathan Lombok-NTB).
Dalam pertemuan ini, Konjen RI Jeddah didampingi oleh sejumlah staf dari KJRI Jeddah dan Syekh Salim Majid Rahmatullah, cicit pendiri Madrasah Shalatiyah, bersama dengan beberapa guru dari madrasah tersebut. (usm/ted)