Surabaya (pilar.id) – Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 menandai persaingan sengit untuk mendapatkan perhatian pemilih generasi Z yang telah beralih ke dunia digital.
Generasi digital, yang juga dikenal sebagai native digital, merupakan kelompok yang lahir di tengah pesatnya perkembangan komputer dan internet. Mereka memiliki ketergantungan pada teknologi terutama media komunikasi digital seperti media sosial.
Pemilu 2024 diperkirakan sangat dipengaruhi oleh teknologi media sosial. Dengan populasi sekitar 210 juta jiwa, sekitar 170 juta jiwa adalah pengguna media sosial, dan jumlah ini terus meningkat.
Dr. Jokhanan Kristiyono, Ketua Stikosa-AWS (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya), menjelaskan pentingnya mobilisasi pemilih dengan melibatkan pengguna platform digital dalam kampanye politik sesuai dengan kemampuan partai politik dan calon legislatifnya.
Dalam bukunya tentang Konvergensi Media pada masyarakat berjejaring di era digital (2022), generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1998 dan 2012, merupakan generasi peralihan dari Generasi Milenial dengan teknologi yang semakin berkembang.
Jokhanan menyoroti pentingnya pemasaran digital karena pergeseran perilaku pemilih ke ranah digital. Kampanye politik yang menggunakan pemasaran digital dapat memanfaatkan popularitas media sosial untuk menyebarkan pesan dan membangun keterlibatan pemilih.
Menurut Jokhanan, pemilih modern cenderung mencari informasi politik secara online. Pemasaran digital memungkinkan kandidat menyajikan informasi dengan lebih mudah diakses oleh pemilih dan berinteraksi langsung melalui internet dan media sosial.
Lebih lanjut, media digital juga menyediakan alat pengukuran kinerja politik yang akurat, seperti tingkat keterlibatan, jangkauan, dan konversi. Ini memungkinkan kampanye politik menilai sejauh mana pesan mereka mencapai target audiens.
Ada empat pilar digital yang penting dalam pemasaran komunikasi politik, yaitu kemampuan penguasaan media digital, budaya digital generasi Z, perilaku santun dalam bermedia sosial, dan pengamanan data dan materi konten kampanye di media sosial.
Menciptakan konten yang menarik dan kreatif yang sesuai dengan target pemilih generasi Z juga menjadi kunci sukses dalam pemasaran digital politik.
Dalam menghadapi fenomena ini, DPD Hanura Jawa Timur telah mengadakan Sekolah Politik untuk memberikan pengetahuan dan pembekalan kepada calon legislatif dari berbagai tingkatan. Mereka menyadari pentingnya beradaptasi dengan perubahan perilaku pemilih generasi Z yang semakin aktif secara digital.
Yunianto Wahyudi, Ketua DPD Hanura Jatim, mengungkapkan bahwa melalui Sekolah Politik ini, diharapkan para calon legislatif dapat meningkatkan peluang mereka dalam mendapatkan dukungan dari pemilih generasi Z yang aktif dalam bermedia sosial. (hdl)