Jakarta (pilar.id) – Pengamat ekonomi dari Universitas Surakarta (UNSA) Agus Trihatmoko mengatakan, ancaman baru varian Omicron tentu resisten terhadap dampak perekonomian ke depan. Hal sebaliknya yaitu ekonomi akan bergerak positif, selagi dapat dikendalikan atau dihambat penyebaran virusnya.
Perekonomian dalam negeri antara pasokan dan pasarnya masih akan positif selagi pemerintah dapat mengendalikan virus. Hanya saja, ekspor-impor dan wisatawan asing dalam jangka pendek akan terganggu, karena temuan kasus covid-19 varian Omicron kebanyakan dari perjalanan luar negeri.
Mencermati perkembangan terakhir, sebaiknya pengetatan mobilitas hanya diterapkan pada aktivitas perjalanan ke luar negeri, baik di pintu masuk ataupun kedatangan.
“Di dalam negeri mestinya tidak, pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko-toko ritel harus buka. Tentunya, hal itu harus dibarengi dengan kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan,” kata Agus saat dihubungi Pilar.id, Sabtu (8/1/2022).
Meskipun demikian, pencetus ekonomi murakabi ini bilang, aktivitas tertentu tetap harus hati-hati, misalnya kegiatan sekolah atau perkuliahan tatap muka. Kegiatan bisnis dan perekonomian dapat terus dilangsungkan seperti sekarang agar ekonomi masih terjaga stabilitasnya.
Pandangan tersebut datang dari sudut ekonomi, tetapi untuk pembatasan atau pelonggaran mobilitas acuannya mesti dari epidemiolog. Pertimbangan teknis harus dikaji lebih dalam lagi, karena varian Omicron merupakan varian baru. Risiko terburuk seperti apa, teknik antisipasi, serta infrastruktur kesehatannya perlu dipersiapkan.
Semua pihak harus belajar kembali pada peristiwa gelombang pertama dan kedua pandemi. Saat itu, awalnya hanya sedikit kasus yang terdeteksi, tetapi berikutnya melonjak dan tak terkendali. Tentunya, hal tersebut tidak ingin diharapkan terjadi kembali.
Kata dia, perekonomian menjadi prioritas kedua setelah prioritas kesehatan dan keselamatan jiwa masyarakat. “Langkah pertama dan penting adalah peningkatan protokol kesehatan, termasuk pengawasan ketat dalam implementasinya. Dengan demikian, pembatasan mobilitas masih bisa longgar,” tegasnya. (her)