Surabaya (pilar.id) – Memasuki era globalisasi, keterhubungan dengan dunia internasional menjadi keharusan, terutama dalam perdagangan lintas negara. Dalam konteks ini, mata uang Dolar Amerika tetap memainkan peran penting dalam skema pembayaran internasional.
Menurut Profesor Ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair), Prof. Rossanto Dwi Handoyo, hegemoni dolar Amerika sebagai mata uang dunia berakar dari Perjanjian Bretton Woods.
Perjanjian ini menciptakan Sistem Bretton Woods, di mana Dolar AS akan menggunakan emas sebagai standar dan nilai mata uang lainnya akan dikaitkan dengan nilai Dolar AS.
“Perjanjian Bretton Woods muncul setelah Perang Dunia II saat beberapa negara mengalami masalah pembayaran dalam perdagangan. Mereka bingung karena mata uang lokal mereka tidak diterima dan harga emas fluktuatif,” ungkapnya, Selasa (16/5/2023).
Ia menjelaskan bahwa sebagai solusi atas masalah tersebut, Amerika menawarkan dan menjamin dolar sebagai mata uang transaksi internasional. Pada saat itu, Amerika berkomitmen untuk menjamin setiap cetakan satu dolar dengan 1/35 ons emas.
“Dengan jaminan Amerika seperti itu, kepercayaan dunia internasional terhadap Dolar Amerika tumbuh. Oleh karena itu, setiap kali Amerika mencetak mata uang, harus ada cadangan emas yang disimpan di bank sentral Amerika,” jelas Prof. Rossanto Dwi Handoyo, seorang Guru Besar di bidang Ilmu Ekonomi Internasional.
Namun, sistem ini akhirnya runtuh pada tahun 1970-an karena Amerika tidak mampu lagi menjamin nilai mata uangnya. Ekonomi Amerika saat itu juga mengalami stagflasi dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Ketidaksesuaian ini mengakibatkan runtuhnya perjanjian Bretton Woods.
“Meskipun sistem itu telah runtuh, dunia masih tetap mempercayai Dolar Amerika dibandingkan dengan mata uang lainnya. Oleh karena itu, saat ini berlaku sistem nilai tukar yang fleksibel,” tambahnya.
Kekuatan Dolar yang telah berkembang selama ini belum dapat digantikan oleh mata uang lain. Sehingga, Dolar tetap menjadi acuan hingga saat ini. Dalam setiap pertukaran mata uang antar negara, Dolar berperan sebagai mata uang perantara.
“Dolar sangat diterima secara universal. Jadi, jika kita memiliki Dolar, semua orang mau menerimanya, tetapi jika kita menggunakan mata uang negara lain, belum tentu mereka mau menerimanya,” tutupnya. (hdl)