Jakarta (pilar.id) – Ketua Umum Aliansi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (Appsindo) Hasan Basri mengatakan, kelangkaan minyak goreng di pasar tradisional karena pasokan yang diberikan pemerintah sangat terbatas. Keterbatasan itulah yang membuat langka minyak goreng, sementara permintaan masyarakat sangat tinggi.
“Harga minyak goreng murah tapi langka. Ini tidak terlepas dari siasat yang dimainkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menekan adanya gejolak, menekan adanya kegaduhan. Seperti itulah pola-pola yang dipakai,” kata Hasan, Kamis (17/2/2022).
Dia mengungkapkan, berbelanja di pasar tradisional dianggap menjadi beban masyarakat karena telah membeli minyak goreng dengan harga yang cukup tinggi. Sementara, kata dia, pedagang menjual minyak goreng dengan keuntungan yang sangat tipis.
Dia menegaskan, pedagang pasar tidak akan menstok minyak goreng yang berlebihan, hanya 2-3 hari dan selanjutnya harus belanja kembali.
“Pedagang pasar tradisional selalu jadi korban dari tuduhan pihak-pihak tertentu yang mengatakan bahwa kelangkaan minyak goreng gara-gara pedagang menstok barang. Padahal sumbernya itu dari atas, agen distributor besar itu yang mempermainkan harga minyak goreng,” kata dia.
Oleh sebab itu, dia meminta agar pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan yang diskriminatif kepada pasar tradisional. Karena pasar tradisional menjadi kekuatan ekonomi bangsa. Ia menyatakan, harga minyak goreng yang tinggi jangan diperparah dengan kelangkaan di pasar. Pemerintah harus segera melakukan langkah konkret.
Hasan melihat, ada akal-akalan dari pemerintah untuk menghindari kegaduhan di masyarakat soal kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng. Permainan-permainan seperti ini akhirnya menujukan bahwa pemerintah tak menjalankan fungsinya, sehingga distributor minyak goreng dapat semaunya mematok harga.
Di sisi lain, dengan adanya kelangkaan minyak goreng di pasar tradisional membuat konsumen memburu pasar-pasar modern. Hal ini tentu menjadikan pasar tradisional kehilangan pelanggan akibat diskriminatif pemerintah dalam menentukan harga dan pasokan minyak goreng.
“Kita prihatin, janganlah ekonomi rakyat diadu dengan kekutan kapitalis yang selama ini mendominasi perekonomian di tingkat bawah. Harapannya kasus minyak goren ini menjadi awal dari perubahan ke depan. Jangan sampai diabaikan,” tegas Hasan. (her/hdl)