Jakarta (pilar.id) – Komik digital jadi peluang kuat bagi seniman dan komikus nasional. Lewat komik ini, komikus berpeluang untuk terus berkarya hingga kancah dunia.
“Saya melihat ada peluang luar biasa di buku digital seperti misalnya Webtoon. Saya sendiri sedang kembangkan konsep cerita baru (dalam bentuk buku/komik digital),” kata Ilustrator dan komikus Indonesia Is Yuniarto di Jakarta, Sabtu (2/7/2022).
Is juga menilai, langkah ini merupakan langkah strategis saat menghadapi pandemi Covid-19. “Sekarang, industri buku cetak tengah mengalami tantangan besar. Ketika pandemi, penerbit banyak yang sulit berkembang karena toko susah untuk buka. Dua tahun ini berat bagi kondisi buku cetak. Namun, buku digital menjadi peluang baik (untuk hadapi pandemi),” jelas artis di balik komik Garudayana dan Grand Legend Ramayana ini.
Bicara karya digital, lanjut dia, memang tak lepas dari risiko pembajakan karya. Tapi menurutnya, pembajakan saat ini sudah tidak relevan karena kemudahan akses konten legal.
“Saya pikir sudah tidak relevan bicara pembajakan di era sekarang ini. Membaca karya legal saat ini sudah terlalu mudah. Pembajak sudah ketar-ketir karena mereka sudah tidak relevan. Akses konten legal sudah mudah banget dan bahkan banyak yang gratis dan bebas,” jelas Is.
Namun, tentu saja konten legal tidak lepas dari dukungan masyarakat sebagai pembaca dan penikmatnya. Menurut Is, penting bagi pembaca untuk ikut mendorong industri komik lokal dengan hal-hal kecil namun berarti bagi para seniman di baliknya.
“Kita butuh support pembaca. Bisa mulai dari mendukung dengan membagikan judul-judul komik lokal. Karya luar negeri saat ini memang masih banyak, namun, komik lokal juga berkualitas,” papar pria yang merupakan General Manager Comic Division BumiLangit tersebut.
Lebih lanjut, Is membagikan pesan bagi para seniman, pembuat komik, dan ilustrator Tanah Air yang akan terjun dan memulai perjalanan mereka di industri ini.
Bagi dia, penting bagi kreator untuk membuat cerita, karakter, dan hal lain yang memiliki kedekatan dengan kearifan lokal Indonesia.
“Pembaca komik lokal masih mencari dan menyukai konten-konten yang relate dan mereka kenal, seperti jokes dan karakternya. Saya percaya dengan itu mereka bisa bersaing. Karena, dari kualitas gambar dan cerita, komik lokal banyak yang terbit di luar negeri dan ada spotlight besar di luar negeri,” paparnya.
“Dan ciri khas (komikus) juga tergantung dari pengalaman visual pencerita. Bagi yang baru mulai, harus konsisten. Mulai lah dari karya singkat dan pendek, namun sering. Itu akan otomatis membentuk ciri khas kalian nantinya,” imbuh Is. (usm/hdl/ant)