Jakarta (pilar.id) – Ternyata leptospirosis pernah menjadi problem serius di beberapa negara di dunia. Seperti diketahui, leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.
Bakteri ini dapat menyebar melalui urin hewan yang terinfeksi, terutama tikus, tetapi juga dapat menyebar melalui air dan tanah yang terkontaminasi.
Leptospirosis dapat menyerang hewan dan manusia, dan dapat menyebabkan gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, dan ruam kulit.
Penyakit ini sebagian besar bisa diobati dengan produk obat antibiotik. Seperti doxycycline, amoxicillin, atau azithromycin. Antibiotik ini bertujuan untuk membunuh bakteri Leptospira yang menyebabkan leptospirosis.
Diketahui pula, pengobatan leptospirosis perlu dilakukan secepat mungkin setelah gejala muncul untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Pengobatan biasanya dilakukan di rumah sakit atau puskesmas, tergantung pada tingkat keparahan penyakit.
Selain antibiotik, perawatan pendukung juga dapat diberikan untuk membantu mengatasi gejala dan mencegah komplikasi. Contohnya termasuk pemberian cairan intravena untuk mengatasi dehidrasi dan mencegah gagal ginjal, serta obat-obatan untuk mengatasi gejala seperti demam dan nyeri.
Pengobatan yang terlambat bisa berdampak pada komplikasi serius seperti kerusakan hati, ginjal, dan paru-paru.
Meski tidak pernah menjadi pandemi, leptospirosis nyatanya beberapa kali jadi wabah lokal. Meski demikian penyakit ini bersifat sporadis, dan terbatas pada wilayah tertentu.
Beberapa negara yang pernah memposisikan Leptospirosis sebagai masalah kesehatan nasional antara lain.
Brasil
Di Brasil, Leptospirosis adalah penyakit menular yang signifikan, terutama di daerah perkotaan dan pedalaman yang memiliki kondisi sanitasi yang buruk. Pada tahun 1996, Brasil meluncurkan program nasional untuk mengendalikan penyakit ini dan mencegah penyebarannya.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Brasil, pada tahun 2018 terdapat 193 kematian akibat leptospirosis di negara tersebut.
Filipina
Leptospirosis adalah penyakit menular yang signifikan di Filipina, terutama selama musim hujan ketika banjir dan genangan air meningkat. Pada tahun 2008, Filipina meluncurkan program nasional untuk memerangi leptospirosis, termasuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit ini, meningkatkan kemampuan deteksi dan diagnosis, dan memperkuat sistem pengawasan.
Menurut data dari Departemen Kesehatan Filipina, pada tahun 2020 terdapat 1.163 kasus leptospirosis dan 85 kematian akibat penyakit ini di negara tersebut.
Thailand
Leptospirosis adalah penyakit menular yang signifikan di Thailand, terutama di daerah-daerah pedesaan dan daerah-daerah yang terkena banjir. Pada tahun 2004, Thailand meluncurkan program nasional untuk mengendalikan dan mencegah leptospirosis, termasuk melaksanakan kampanye kesadaran publik dan meningkatkan kemampuan pengawasan dan diagnosis.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Thailand, pada tahun 2020 terdapat 656 kasus leptospirosis dan 6 kematian akibat penyakit ini di negara tersebut.
India
Leptospirosis adalah penyakit menular yang signifikan di India, terutama di daerah-daerah yang terkena banjir dan genangan air. Pada tahun 2007, India meluncurkan program nasional untuk mengendalikan leptospirosis, termasuk meningkatkan kemampuan diagnosis dan perawatan, dan memperkuat sistem pengawasan dan pelaporan.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan India, pada tahun 2019 terdapat 3.260 kasus leptospirosis dan 109 kematian akibat penyakit ini di negara tersebut.
Ada dugaan, leptospirosis dapat menjadi masalah kesehatan nasional di banyak negara di seluruh dunia, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk dan ketidakmampuan untuk mengendalikan populasi tikus atau hewan yang berpotensi menjadi penyebar penyakit ini. (usm/hdl)