Jakarta (pilar.id) – PDI Perjuangan menjadi salah satu partai politik yang hingga saat ini masih belum menentukan calon presiden (Capres) yang akan mereka usung di Pemilu 2024 mendatang.
Lambatnya deklarasi Capres yang dilakukan PDI Perjuangan ini disebut bukan tanpa alasan. Politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko menjelaskan bahwa partai hingga saat ini masih berhitung aset-aset politik dan kader internal yang potensial.
“Kok lama sekali PDI Perjuangan, begitu. Tenang saja, kami sedang berhitung di dalam, kami sedang menghitung aset-aset politik yang kami punya di internal kami sendiri,” kata Budiman, dalam ‘Dua Arah’, di Jakarta, Jumat (14/4/2023).
Budiman membocorkan, waktu yang tepat bagi PDI Perjuangan untuk mengumumkan capresnya. Menurutnya, ada kemungkinan PDI Perjuangan akan mengumumkan capresnya pada 1 Juni dan 17 Agustus 2023. Seperti yang diketahui, PDI Perjuangan selalu menunggu momen yang dinilai sakral.
“Kalau 1 Juni dia sangat memahami Pancasila, kalau diumumkannya 18 Agustus, dia sangat memahami UUD 1945. Kira-kira begitulah. Kalau diumumkan 10 November, punya heroisme dan keberanian,” kata dia.
Terkait dengan peluang Ganjar Pranowo mendampingi Prabowo Subianto, Budiman nampak berhati-hati memberikan komentarnya. Menurutnya, Ganjar harus memikul tanggung jawab pribadinya apabila ingin melakukan manuver individu.
“Tentu saja dari atas sampai bawah, akan bekerja itu kalau itu keputusan partai. Kalau pribadi ya silahkan yang bekerja teman-teman yang itu (maju),” kata Budiman.
Ia juga tak yakin Ganjar akan mengkhianati PDI Perjuangan yang sudah membesarkan namanya. “Lagi pula jika toh ada, siapa pun itu. Mudah-mudahan kita masih punya banyak stok yang punya presidential meters,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengatakan, pertarungan dalam pemilihan presiden (pilpres) adalah elektabilitas. Sementara, kader PDI Perjuangan yang digadang-gadang untuk menjadi capres Puan Maharani masih tiarap, Ganjar sendiri mengalami penurunan elektabilitas lebih dari 8 persen.
“Yang harus dijaga capres-capres adalah elektabilitas,” kata dia. (ach/fat)