Jakarta (pilar.id) – Bodro Sewu, sebuah komunitas budaya yang berdedikasi untuk melestarikan seni gamelan atau karawitan, merayakan penetapan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh UNESCO dengan menggelar pertunjukan seni karawitan.
Acara bertajuk Luhuring Karawitan Pertiwi diselenggarakan di Galeri Indonesia Kaya, Jl. M.H Thamrin, Jakarta Pusat, pada Minggu (10/12/2023).
Pertunjukan seni karawitan ini menjadi perayaan 2 tahun sejak gamelan masuk dalam daftar WBTB oleh UNESCO pada tanggal 15 Desember 2021.
Dalam acara selama 1,5 jam, Bodro Sewu menampilkan gamelan Jawa dengan berbagai Ladrang (lagu Jawa), tarian Gambyong Retno Kusumo (gaya Mangkunegaran), Gambyong Pangkur, dan fragment wayang kulit yang menampilkan tokoh Antareja dan Antasena, simbol keharmonisan berbangsa dan bernegara.
Salah satu yang menarik dari pertunjukan ini adalah pembawaan fragment wayang oleh seorang Dalang muda berusia 19 tahun bernama Diaz, mahasiswa Universitas Indonesia. Bodro Sewu, sebagai komunitas budaya, menunjukkan keberagaman dengan anggota berusia antara 17 hingga 71 tahun, berasal dari berbagai profesi dan kewarganegaraan.
Mutiara Gayatri, pendiri Bodro Sewu Gallery, menjelaskan bahwa komunitas ini berfungsi sebagai wadah untuk mempertahankan seni budaya Jawa. Dengan kegiatan seperti latihan gamelan, menari, membatik, dan perawatan batik kuno, Bodro Sewu berusaha melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya Jawa kepada masyarakat, terutama generasi muda di kota besar seperti Jakarta.
“Komunitas kami adalah sebuah wadah budaya untuk mempertahankan keberlangsungan seni budaya Jawa. Semua ini dalam rangka melestarikan budaya sekaligus mengenalkan budaya Jawa pada lebih banyak orang, khususnya pada generasi muda di kota besar seperti Jakarta. Intinya, wong Jowo ojo lali Jowone atau orang Jawa jangan lupa ke-Jawa-annya,” ujar Gayatri.
Sebelum pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya, Bodro Sewu juga mengadakan Festival Gamelan pada 4 Desember 2023, di galeri mereka sendiri. Festival tersebut menampilkan kelompok-kelompok yang berlatih di Bodro Sewu, termasuk grup Paguyuban Catur Sagotra yang terdiri dari empat keraton terkemuka.
Bodro Sewu, yang mengambil nama dari Gamelan Kyai Bodro Sewu yang pernah dimiliki oleh Mashuri SH, menyelenggarakan kegiatan ini dengan harapan agar anggota komunitas mendapatkan berkah keberuntungan, kesejahteraan, dan kebaikan.
Melalui upaya melestarikan budaya, Bodro Sewu percaya bahwa harga diri suatu bangsa juga tertanam pada keluhuran budayanya, sebagaimana diungkapkan oleh peribahasa Jawa, Ajining Bongso dumunung soko luhuring Budoyo. (usm)