Jakarta (pilar.id) – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan kinerja positif pada semester I-2022. BSI mampu membukukan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga mencapai Rp244,66 triliun atau tumbuh 13,07 persen.
“Proporsi DPK didominasi oleh tabungan wadiah, giro dan deposito. Kepercayaan masyarakat terhadap tabungan BSI menghantarkan tabungan BSI berada pada posisi top 5 industri perbankan nasional,” kata Direktur Utama BSI Hery Gunardi di Jakarta, Jumat (26/8/2022).
Menurut Hery, tabungan wadiah menjadi salah satu produk yang paling diminati masyarakat karena bebas biaya administrasi bulanan. Selain itu, dengan fasilitas e-banking yang modern dan mudah diakses nasabah. “Dari sisi bank, ini menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan efisiensi bagi hasil,” sambungnya.
Per Juni 2022, lanjut Herry, user pengguna BSI Mobile mencapai 4,07 juta atau naik sebesar 81 persen secara year on year (yoy). Jumlah pengguna yang semakin meningkat dipengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat yang mulai beralih ke e-channel BSI Mobile, ATM maupun internet banking. Adapun, transaksi kumulatif BSI Mobile mencapai 117,72 juta transaksi dan berkontribusi memberikan fee based income sebesar Rp119 miliar.
“Saat ini, profil nasabah BSI sebanyak 97 persen telah beralih menggunakan e-channel untuk beraktivitas perbankan,” kata Hery.
Di tengah kondisi perekonomian yang menantang akibat gejolak ekonomi global, pada kuartal II/2022, BSI juga mampu membukukan laba bersih sebesar Rp2,13 triliun, tumbuh 41,31 persen yoy. Kinerja positif tersebut juga didukung oleh pembiayaan yang tumbuh sehat. “Pembiayaan BSI secara keseluruhan sebesar Rp 191,29 triliun tumbuh 18,55 persen,” kata Hery.
Hery menjelaskan, segmen pembiayaan terbesar yang menyokong capaian tersebut di antaranya pembiayaan mikro tumbuh 31,13 persen, pembiayaan konsumer tumbuh 21,66 persen, pembiayaan wholesale tumbuh 20,34 persen, pembiayaan kartu tumbuh 22,87 persen, dan gadai emas tumbuh 20,07 persen. Adapun cash coverage BSI meningkat signifikan menjadi 157,93 persen
“Raihan ini juga didukung NPF Nett sebesar 0,74 persen,” sambung Hery.
Kinerja yang solid dan sehat juga ditunjukkan dari pertumbuhan aset sebesar 12,46 persen secara yoy menjadi Rp277,34 triliun. Selain itu, BSI juga terus meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya dengan membaiknya biaya operasional (BOPO) menjadi 74,50 persen.
“Untuk ke depannya, BSI akan fokus pada investasi berkelanjutan serta pengembangan islamic ecosystem sesuai dengan semangat ekonomi hijau berlandaskan ESG (Environmental, Social, and Governance),” tandas Hery. (ach/fat)