Jakarta (pilar.id) – Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman menyatakan, covid-19 varian Omicron lebih bertahan lama di lingkungan. Hal itu menyebabkan potensi penularan di masyarakat semakin besar.
“Selain melalui droplet, dia (Omicron) lebih bertahan lama di lingkungan. Kalau ada orang tidak pakai masker, dia tidak cuci tangan, itu bahaya. Omicron ini jauh lebih bertahan lama dibanding varian lain,” kata Dicky kepada Pilar.id, Sabtu (5/2/2022).
Oleh sebab itu, sirkulasi udara yang baik di rumah ataupun di tempat-tempat lain, kata Dicky, menjadi kunci terhindar dari varian Omicron. Masyarakat wajib memiliki ventilasi udara yang baik di dalam rumahnya.
Dari sisi gejala, lanjutnya, varian Omicron sama dengan covid-19 varian lainnya, flu, demam, batuk hingga sakit tenggorokan. Namun dia menegaskan, gejala flu dalam virus corona bukan merupakan penyakit flu sesungguhnya.
“Gejala seperti flu tapi ini bukan penyakit flu. Semua penyakit virus yang parah itu pasti memiliki gejala flu,” kata dia.
Sebagai informasi, berdasarkan data Satgas Covid-19 per 5 Februari 2022, kasus terkonfirmasi positif Indonesia bertambah 33.729 kasus sehingga total kasus mencapai 4.480.423 kasus. Sedangkan kasus aktif covid-19 di Indonesia mencapai 163.468 kasus.
Kasus sembuh juga bertambah 10.471 sehingga totalnya mencapai 4.172.458 kasus sementara pasien meninggal bertambah 44 orang menjadi total 144.497 sejak pandemi covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020.
Sedangkan untuk vaksinasi yang dilakukan, pemerintah telah menyuntikkan vaksin dosis pertama covid-19 di Indonesia sejumlah 186.388.071 dosis, dosis kedua yang sudah disuntikkan adalah sebanyak 130.784.199 dosis dan vaksinasi ketiga mencapai 5.434.731 dosis. (her/din)