Malang (pilar.id) – Memiliki kegemaran mendengarkan cerita dan berbagi cerita dengan banyak orang, membuat Daffa Indra Arya Wardhana salah satu mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini mempelajari beberapa Bahasa, baik lokal maupun internasional.
Kepada Pilar.id Daffa menceritakan pengalamannya belajar bahasa sampai akhirnya menguasai lima jenis bahasa tersebut. Ia menceritakan, bahwa kemampuannya menguasai bahasa asing dimulai ketika usia Sekolah Dasar (SD). Ketika itu, ia sering menonton serial kartun berbahasa Inggris dan Jepang.
Dari hal sederhana itulah, rasa ingin tahu dan kemampuan daffa dalam berbahasa Inggris dan Jepang menemukan titik awalnya.
“Waktu kecil suka lihat kartun Nickelodeon, mungkin dari itu saya terbiasa mendengarkan bahasa inggris, ketika kelas 4 SD bahasa inggris saya mulai muncul, padahal masih belum paham, bagaimana saya bisa bahasa inggris tiba-tiba bisa lancar, begitu pun dengan bahasa jepangnya,” kenang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini.
Ia mengaku ketika SD dan (Sekolah Menengah Pertama) SMP, dirinya belajar dua bahasa tersebut tak memakai buku book ataupun ikut les, namun dari menonton film, anime atau mendengarkan lagu, yang membuat kata-kata dalam lagu atau film tersebut sering muncul dikepalanya.
“Dari kebiasaan itu, saya sudah bisa lancar berbahasa inggris dan jepang, ketika SMP, hingga saat ini,” ujarnya.
Setelah menguasai 2 bahasa asing, tak membuat dirinya yang mendapat predikat mahasiswa terbaik Pendidikan Bahasa Inggris ini berpuas diri. Pada tahun 2017, saat ia mengetahui sebutan kepada seseorang yang mampu menguasai banyak bahasa di sebut polygot. Ia pun semakin bersemangat menambah kemampuannya berbahasa asing lain.
“Saya mulai tetarik belajar bahasa asing lain pada semester 1 tahun 2017. Mulai dari situ, saya mulai menambah bahasa saya, karena saya juga bisa berbahasa lokal Jawa dan Banjar. Jadi berbasis itu, saya berpikir untuk menambah bahasa, dan menurut saya seru untuk menambah teman dan relasi,” ucapnya.
Tak hanya itu, bahasa bagi Daffa adalah sebuah pintu untuk memasuki hati orang dan menjadi lebih dekat secara emosional dengan menggunakan bahasa mereka serta aksennya. Serta bisa mengenal banyak orang dari luar dan paham cerita kehidupan orang lain.
“Ketika saya berbicara dengan bahasa yang mereka gunakan, saya bisa menjadi lebih dekat, apalagi ketika menggunkan aksen yang sama dengan mereka, karena saya memang lebih tertarik dengan aksen bahasa itu sendiri,” jelas pemuda asal Blitar ini.
Dalam mempelajari bahasa asing lain, Daffa bercerita jika dirinya sering memanfaatkan media Youtube sebagai bahan ajarnya, serta kerap membaca buku, serta menuliskan kata-kata baru dan menyambung-nyambungkannya dengan kata yang ia tahu sebelumnya dan menjadikannya sebuah kalimat dan mencari tahu arti setiap kata
“Saya menggunakan teknik buffering, seperti berbicara asal-asalan, dimana saya hanya paham 5 kata, tetapi dalam otak saya, saya tahu mau ngomong apa. Terus saya mencoba meniru aksen yang mereka gunakan, pelan-pelan, saya jadi tahu artinya,” jabarnya.
Kini, Daffa mampu menguasai setidaknya 10 bahasa, baik lokal maupun internasional. Yaitu diantaranya, bahasa Inggris, Jepang, Korea, Malaysa, Banjar, Jawa Timur, Spanyol, Mandarin, Thailand dan Prancis.
“Bahasa yang lumayan susah dipahami, menurut saya Mandarin, karena huruf atau alfabet yang digunakan susah, kalau mandarin semua kanji dan untuk bisa membaca itu perlu latihan yang sangat banyak,” terang pria 23 tahun ini.
Kedepan, Daffa berkeinginan untuk masuk ke English for Specific Purpose sebagai instruktur di UMM dan berniat mengambil beasiswa ke luar negeri untuk menggapai cita-citanya sebagai Ambassador Indonesia. (jel/fat)