Ponorogo (pilar.id) – Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) memasuki usia satu abad. Di perjalanan ini, Gontor terbukti menjadi contoh kebaikan bagi Indonesia, khususnya Jawa Timur, dalam memajukan sistem pendidikan berbasis Islam.
“Satu abad Gontor memiliki sejarah yang panjang, terus mencetak lulusan yang berakar pada Islam dan menguasai Al-Quran, menjadikannya tauladan yang luar biasa bagi pendidikan Islam di seluruh Indonesia,” ujar Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, saat memberikan sambutan dalam acara Sujud Syukur dan Pembukaan 100 Tahun di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Rabu (27/9/2023).
Diketahui, PMDG akan mencapai usia 100 tahun pada tahun 2026 mendatang, dan berbagai kegiatan telah dilakukan untuk merayakan momen bersejarah ini.
Emil Dardak menekankan bahwa satu abad Gontor ini bukan hanya memiliki makna sejarah, tetapi juga menjadi tonggak emosional yang menghidupkan kembali semangat pendidikan Islam dan Al-Quran yang diajarkan oleh para kiai pendiri PMDG.
Para santri yang menimba ilmu di PMDG dikenal sebagai individu yang selalu bersemangat untuk belajar, meningkatkan ilmu pengetahuan, dan mendalamkan pemahaman agama mereka.
Keteladanan yang diwariskan oleh para kiai dan pengasuh pondok membuat PMDG menjadi lembaga pendidikan yang sangat dihormati, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh negara-negara Muslim dunia.
Menurut Emil, keberadaan PMDG di Ponorogo menjadi suatu kebanggaan bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur karena memberikan berkah melalui pendidikan agama yang diajarkan.
“Pendidikan Islam yang diajarkan di Gontor terus berkembang, dan saat ini Universitas Darussalam Gontor juga telah terakreditasi dengan baik. Ini menunjukkan pencapaian yang terus berkembang dari Gontor selama satu abad pengabdiannya,” ucapnya.
Emil juga menyebutkan bahwa jumlah santri di Gontor terus meningkat. Dari sekitar 16 ribu santri saat perayaan Milad ke-80, kini terdapat sekitar 32 ribu santri yang belajar di Gontor. Jumlah ini belum termasuk para alumni yang telah berkontribusi dalam berbagai bidang di Indonesia.
“Keteladanan yang diajarkan oleh pendiri, kiai, dan ulama telah berhasil membimbing banyak alumni Gontor untuk berkontribusi dalam pembangunan Indonesia dengan beragam disiplin ilmu yang mereka kuasai,” tambahnya.
Emil menyimpulkan bahwa Gontor tetap modern dalam konteks pendidikan dan pengasuhan santri, selalu mengikuti perkembangan dan dinamika zaman. Dia berharap bahwa saat Gontor merayakan usia 100 tahun, ia akan menjadi Zaman Keemasan bagi pendidikan Islam, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. (usm/ted)