Palangka Raya (pilar.id) – Program food estate di sejumlah daerah Kalimantan Tengah menjadi sorotan utama dalam dialog Ganjar Pranowo dengan warga Kalimantan Tengah di M Bahalap Hotel Palangka Raya. Warga menyampaikan keluhan terkait pelaksanaan program yang dinilai kurang terkoordinasi dan merugikan lingkungan.
Dalam pertemuan tersebut, warga mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap program food estate yang dianggap kurang melibatkan partisipasi mereka. Mereka merasa hanya menanggung kerugian akibat dampak negatif terhadap lingkungan.
Pendeta Bobowanto Victor, tokoh adat Dayak Kalimantan Tengah, menyoroti program food estate di Gunung Mas dan meminta Ganjar Pranowo, apabila terpilih sebagai presiden, untuk meninjau ulang program tersebut. Ia menekankan bahwa program ini gagal total, dengan tanaman yang tidak sesuai dan berbagai kendala teknis.
“Sudah setahun, tapi hasilnya tidak memuaskan. Meski setelah dikritik, malah ganti tanaman jagung. Ini sangat aneh,” ungkap Pendeta Bobowanto. Ia juga menyoroti dampak buruk program ini terhadap lingkungan, menyebabkan wilayah sekitarnya sering mengalami banjir akibat penebangan hutan.
Lambang Jaya, warga Desa Paningkal Jaya, Kabupaten Kapuas, menyampaikan cerita serupa tentang kegagalan program di daerahnya. Menurutnya, program food estate yang seharusnya menanam sawit malah menanam padi, menyebabkan kegagalan panen.
Ganjar Pranowo mencatat segala keluhan dan masukan dari warga Kalteng terkait program food estate. Ia menyatakan kesepakatan bahwa program ini perlu dievaluasi karena banyak kegagalan terjadi akibat kurangnya perencanaan matang.
“Saya sepakat dengan program food estate sebagai upaya ketahanan pangan kita. Tapi ini harus dievaluasi. Kuncinya satu, libatkan ahli dalam pemilihan lahan dan libatkan petani untuk mengerjakan,” ujar Ganjar.
Ganjar menegaskan perlunya keterlibatan petani dan masyarakat lokal dalam program ini. Ia menilai bahwa kegagalan program food estate di Gunung Mas terjadi karena tidak melibatkan mereka yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam pertanian.
Dalam janjinya, apabila terpilih sebagai presiden, Ganjar berkomitmen untuk memperbaiki program food estate dengan melibatkan ahli dan masyarakat sebagai pelaku utama. Ia menekankan bahwa pemerintah hanya akan memberikan dukungan dana, sedangkan pemilihan lahan dan jenis tanaman harus didiskusikan dengan para ahli dan pihak terkait.
“Jadi pemerintah hanya suport dana. Terkait lahannya di mana? Cocoknya tanam apa? Tanyakan pada ahlinya. Untuk urusan tanam, kan petani dan masyarakat setempat yang paham. Maka kalau itu dilakukan, program food estate akan berhasil dan kita bisa menjadi negara yang swasembada pangan,” pungkas Ganjar Pranowo. (hdl)