Jakarta (pilar.id) – Beberapa pakar ekonomi dunia memprediksi bahwa tahun 2023 akan jadi tahun kegelapan. Terutama, dalam bidang ekonomi. Hal ini juga telah disinggung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.
Bahkan Presiden Jokowi meminta agar semua sektor di Tanah Air bersiap-siap menghadapi kemungkinan hadirnya tahun kegelapan ekonomi 2023. Pesan tersebut, juga berlaku bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko mengatakan, yang harus dilakukan oleh pelaku UMKM dalam menyambut kegelapan ekonomi hanyalah optimis. Sebagai tulang punggung ekonomi nasional, ia yakin UMKM bisa bertahan kalau saja prediksi kegelapan ekonom tahun depan benar terjadi.
“Kita optimis saja. Kita bangun keoptimisan. Karena semangat konsumsi kita masih tinggi,” kata Moeldoko, Senin (31/10/2022).
Apalagi, kata dia, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan agar seluruh instansi pemerintahan untuk membeli sebanyak-banyaknya produk dari UMKM dalam negeri. Menurutnya, peluang tersebut jangan sampai disia-siakan oleh pelaku UMKM.
“Kita optimis. Karena pemerintah telah memberikan pasar pada pelaku UMKM. Jangan sia-siakan,” ujarnya.
Di satu sisi, ia mengapresiasi semangat para wirausahawan dan pelaku UMKM. Pasalnya, di tengah situasi krisis, pada pelaku UMKM tetap bertahan dan tangguh.
Saat ini dunia sedang menghadapi resesi, inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang menurun. Moeldoko pun bangga terhadap semangat pelaku UMKM yang segera bangkit dari situasi terpuruk tersebut.
“Namun kita harus berbangga hati pada semangat UMKM dan para entrepreneur yang luar biasa, karena mereka Indonesia masih eksis. Pertumbuhan ekonomi kita masih bagus,” tambah Moeldoko.
Menurutnya, UMKM sangat berperan penting dalam menyokong ketahanan ekonomi domestik. Tidak hanya mampu menggerakkan ekonomi di daerah dan memaksimalkan penggunaan bahan baku lokal, UMKM juga menciptakan lapangan kerja padat karya.
Sektor UMKM yang jumlahnya mencapai 65,4 juta berdasarkan data nasional tahun 2021 terbukti mampu menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia. (her/fat)