Jakarta (pilar.id) – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyoroti kasus mahasiswa Indonesia yang diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) melalui program magang ke Jerman dengan modus Ferienjob. Moeldoko menganggap kasus ini sebagai pembelajaran penting bagi Indonesia.
Dalam sebuah siaran pers di Jakarta, Moeldoko meminta agar tata kelola penyelenggaraan magang mahasiswa Indonesia di luar negeri diperbaiki.
“Ini jadi pembelajaran bagi negara. Satu sisi banyak anak-anak kita ingin ke luar negeri dan tidak punya duit sehingga tidak mikir risiko, diperburuk lagi dengan tata kelola,” ujar Moeldoko saat memimpin rapat koordinasi terkait permasalahan magang mahasiswa di luar negeri di Gedung Bina Graha Jakarta, Rabu (20/3/2024).
Rakor tersebut dihadiri perwakilan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), dan Bareskrim Polri.
Moeldoko menegaskan bahwa program Ferienjob sebenarnya bagus karena menjadi metode pembelajaran yang efektif bagi mahasiswa, yakni belajar sambil bekerja atau learning by working. Namun, informasi mengenai program ini tidak sesuai dengan yang diterima oleh kampus-kampus di Indonesia.
“Ferienjob merupakan program resmi lembaga ketenagakerjaan Jerman untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk bekerja dan mendapat uang tambahan,” jelas Moeldoko.
Moeldoko juga meminta Polri lebih cermat dalam menyelidiki kasus ini karena sudah menyangkut institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Ia juga mengingatkan agar persoalan magang mahasiswa Indonesia di luar negeri tidak menjadi komoditas politik dan memunculkan kegaduhan di ruang publik.
“KSP ikut hadir dan terlibat dalam persoalan ini agar tidak menjadi bola liar yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Apalagi sekarang tahun politik,” tutup Moeldoko. (hen/hdl)