Jakarta (pilar.id) – Pada Rabu 22 Februari 2023 hari ini, menurut kalender Hijriah Kementerian Agama (Kemenag), wilayah Indonesia mulai memasuki tanggal 1 Syaban 1444 Hijriah.
Bulan Syaban merupakan salah satu bulan istimewa bagi masyarakaat muslim. Pasalnya, Bulan Syaban merupakan pembuka dari Bulan Ramadhan.
Selain itu, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di bulan Syaban pada zaman dahulu. Seperti peristiwa perubahan arah kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram di Makkah.
Perubahan arah kiblat ini, ditandai dengan turunnya Surat Al-Baqarah ayat 144. Dimana perubahan arah kiblat ini juga memunculkan cobaan baru bagi Nabi Muhammad saat tinggal di Madinah ketika itu.
Sebab, akibat dari perubahan arah kiblat tersebut, banyak umat muslim yang ketika itu sudah iman, kembali murtad karena hasutan dari orang-orang Yahudi.
Ada berbagai macam amalan yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat muslim saat memasuki Bulan Syaban. Dimana, amalan-amalan Bulan Syaban tersebut juga mendapatkan legitimasi Sunnah Rasulullah Muhammad SAW.
Salah satunya adalah memperbanyak amalan baik dengan membaca Al-Qur’an. Memperbanyak membaca Al-Qur’an ini juga disebutkan sebagai amalan yang kerap dilakukan oleh orang-orang saleh zaman dahulu atau salafus saleh.
Selain itu, dianjurkan juga saat memasuki bulan Syaban agar umat muslim memperbanyak sedekah ke kaum dhuafa.
Berikut beberapa amalan di Bulan Syaban yang dianjurkan oleh Sunnah.
1. Doa Bulan Syaban
Sebagai salah satu upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt, umat muslim dianjurkan untuk memanjatkan doa ketika memasuki Bulan Syaban.
Termasuk untuk mencoba mencari barokah dan keistimewaan dari Bulan Syaban itu sendiri. Berikut bacaan doa yang dianjurkan untuk dibaca saat memasuki Bulan Syaban:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allahumma barik lana fi Rajaba wa Sya‘bana wa ballighna Ramadana
Artinya: “Ya Allah, berkatilah kami pada Bulan Rajab dan Bulan Sya’ban. Sampaikan kami dengan Bulan Ramadan.”
Bacaan doa ini, biasanya dianjurkan agar dibaca mulai dari saat memasuki bulan Syaban hingga masuk ke Bulan Ramadhan.
2. Puasa bulan Syaban
Bulan Syaban merupakan waktu yang biasa digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk berpuasa. Meski, tidak penuh selama satu bulan.
Namun, Siti Aisyah, istri Nabi Muhammad juga menegaskan bahwa Rasulullah selalu berpuasa di bulan Syaban.
Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ, فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ.
Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya dia berkata, “Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berbuka, dan berbuka sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa dalam sebulan kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban.” (HR Al-Bukhari no. 1969 dan Muslim 1156/2721)
3. Bersedekah dan Membaca Al-Qur’an
Setiap memasuki Bulan Syaban, umat muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an.
Bahkan, bulan Syaban juga disebut sebagai bulan Al-Qur’an karena orang-orang saleh zaman dahulu, kerap kali memperbanyak bacaan Al-Qur’an mereka saat masuk bulan Syaban.
قال الحافظ ابن رجب الحنبلي رحمه الله تعالى روينا بإسناد ضعيف عن أنس رضي الله عنه قال: كان المسلمون إذا دخل شعبان انكبوا على المصاحف فقرأوها وأخرجوا زكاة أموالهم تقوية للضعيف والمسكين على صيام رمضان
Artinya: “Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahumullah mengatakan, ‘Kami menerima riwayat dengan sanad dhaif dari Anas RA yang mengatakan bahwa ketika masuk bulan Sya‘ban umat Islam tertunduk pada mushaf Al-Qur’an. Mereka menyibukkan diri dengan tadarus dan mengeluarkan harta mereka untuk membantu kelompok dhuafa dan orang-orang miskin dalam menyongsong bulan Ramadhan.” (Lihat, Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki, Ma Dza fi Sya‘ban, cetakan pertama, 1424 H, halaman 44). (fat)