Jakarta (pilar.id) – Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril, menjelaskan karakteristik dari penyakit cacar monyet atau Monkeypox. Penyakit tersebut bisa menular dari hewan ke hewan dan dari hewan ke manusia.
“Kalau dari hewan ke manusia penularannya melalui kontak langsung antara hewan dan manusia,” kata Syahril, Sabtu (25/6/2022).
Sementara penularan dari hewan ke manusia melalui cairan tubuh, terutama bagian tubuh yang ada cacar seperti di sekitar muka atau tubuh hewan. Selain itu juga penularan ke manusia bisa melalui daging hewan tersebut yang tidak dimasak secara matangmonyet.
Sedangkan penularan dari manusia ke manusia bisa melalui udara, cairan tubuh atau cacar yang ada di muka, mulut, tangan maupun di badan. Kalau kontak langsung juga ada melalui saluran napas atau terjadi droplet.
“Ini juga bisa menjadi sumber penularan dan juga ada penularan dari ibu ke bayi melalui transmisi atau plasentanya,” ucapnya.
Masa inkubasi cacar monyet yaitu 5 sampai 13 hari atau 5 sampai 21 hari. Ada dua periode, pertama masa invasi, terjadi 0 sampai 5 hari terjadi demam tinggi, sakit kepala yang berat, dan ada benjolan atau pembesaran kelenjar limfa di leher, kemudian diketiak, atau selangkangan.
Kedua, masa erupsi, terjadi 1 sampai 3 hari pasca demam, terjadi ruam pada kulit, ruam pada wajah, telapak tangan, kaki, mukosa, alat kelamin, dan selaput lendir mata.
“Cacar monyet ini bisa sembuh sendiri setelah 2-4 minggu pasca masa inkubasinya selesai. Penyakit ini akan sembuh sendiri tidak terlalu berat. Dari negara-negara yang melaporkan kasus monkeypox hanya sekitar 10 persen pasien dirawat di rumah sakit,” kata dia.
Sampai saat ini, belum ada kasus kematian yang disebabkan oleh cacar monyet di negara-negara yang sudah melaporkan.
Yang perlu diperhatikan, lanjut dr. Syahril adalah adanya komplikasi yakni infeksi sekunder, bronkopneumonia, maupun sepsis, ensefalitis, infeksi kornea sehingga menyebabkan kebutaan.
“Kita diimbau untuk tetap tenang dan tetap waspada karena ini juga sangat menular dan membuat tidak nyaman bagi kita semua,” tuturnya. (her/din)