Jakarta (pilar.id) – Peneliti senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, secara umum posisi Indonesia di kelompok G20 cukup strategis, baik sesama negara G20 maupun di luar kelompok G20. Di sisi lain, Indonesia bisa dikatakan sebagai salah satu negara yang cukp sukses dalam penanganan pandemi.
“Baik dari sisi kesehatan, tingkat vaksinasi yang tinggi sebagai salah satu indikatornya. Dari sisi ekonomi, proses pemulihan ekonomi nasional relatif cepat diantara negara lain,” kata Yusuf, Jumat (18/2/2022).
Yusuf mengira, posisi strategis dan pengalaman penanganan pandemi Indonesia bisa dijadikan sebagai modal awal dalam menjalani keketuaannya di G20 tahun ini. Tentu, saat ini tinggal bagaimana Indonesia menyusun inisiasi konkret dalam beragam isu yang disampaikan Presiden Jokowi.
Senada dengan Yusuf, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, peran Indonesia dalam G20 sangat sentral, karena secara politik bebas aktif. Menurut dia, ancaman terbesar saat ini adalah eskalasi geo-politik yang terjadi dan bisa mengganggu pemulihan ekonomi.
“Apa yang terjadi di Ukraina misalnya, antara Rusia dengan kekuatan barat, Amerika Serikat dan Uni Eropa,” kata Bhima.
Harapannya, kata dia, dalam forum G20 ancaman itu bisa dieskalasi. Artinya, masing-masing pihak menahan diri dan fokus terlebih dahulu pada penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi, ketimbang berusaha memicu terjadinya konflik baru.
Karena efek dari ketegangan di Ukraina sudah sangat menggangu, dari mulai naiknya harga minyak mentah yang terlalu liar, berpotensi menyebabkan inflasi di berbagai negara dan mengancam ekspor Indonesia ke negara Eropa Timur.
Kemudian, Indonesia menggunakan momen G20 mengajak negara yang termasuk di dalamnya untuk melakukan kolaborasi di bidang kesehatan. Menurut Bhima, investasi di bidang kesehatan juga harus menjadi tujuan utama forum G20. Masing-masing negara bekerja sama memberikan vaksinasi secara masif dan membantu negara-negara miskin untuk mendapatkan akses vaksin dan berinvestasi di fasilitas kesehatan.
Dari sudut pandang UMKM, peluang Indonesia cukup besar dan memiliki basis potensi energi terbarukan serta bisnis yang berkelanjutan.
“Contohnya, kerja sama dalam hal cross boarder transaction atau e-commerce lintas negara, sehingga produk UMKM di negara G20 bisa masuk ke dalam rantai pasok global. Khususnya dalam jual beli secara online,” pungkasnya. (her/fat)