Surabaya (pilar.id) – Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia kembali naik. Sabtu (12/11/2022) lalu, jumlah kasus positif Covid-19 bertambah 6.179 kasus baru. Sehingga, menurut catatan Kementerian Kesehatan RI, jumlah total adalah 49.300 kasus. Jumlah temuan kasus baru tersebut, berasal dari pemeriksaan terhadap 58.868 spesimen dengan positivity rate sebesar 18,26 persen.
Menanggapi hal ini, pakar biostatistika epidemiologi FKM Universitas Airlangga Dr Windhu Purnomo dr MS, lonjakan kasus ini bersumber dari mulai melemahnya protokol kesehatan masyarakat. Kenyataan ini diperburuk dengan munculnya subvarian baru dari Omicron.
“Adanya penularan baru itu kan terjadi ketika seseorang tidak memakai masker sebagai pelindung. Artinya, ketika terjadi penularan seperti ini, baik orang yang tertular maupun yang menulari sedang tidak menggunakan pelindungnya dengan baik,” jelas Windhu.
Terkait asumsi lonjakan Covid-19 disebabkan munculnya subvarian baru, ia mengatakan, kemunculan subvarian baru itu tidak memiliki tingkat fatalitas yang tinggi layaknya varian-varian yang muncul sebelumnya.
“Varian-varian baru itu pada umumnya memiliki kemampuan melarikan diri dari kekebalan tubuh manusia. Sehingga, kalau muncul varian atau subvarian baru, penularan akan lebih tinggi. Tapi nanti lama kelamaan akan menurun lagi,” jelasnya.
Tentang lonjakan yang kembali meningkat, Windu menilai jika ini patut disayangkan. Mengingat jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia sebenarnya sempat mengalami penurunan bahkan di titik terendah.
“Sebenarnya awal September lalu kasus Covid-19 itu sudah menurun. Kemudian diketahui sekitar akhir September itu ditemukan subvarian baru Omicron XBB di Surabaya. Dan itu bertahan cukup lama,” sesal Windhu.
Memasuki Oktober 2022, subvarian Omicron XBB itu semakin meningkat. “Sejak saat itulah lonjakan terjadi. Bahkan sampai sekarang ini kasus harian sudah mencapai 6000-an lebih,” imbuhnya. (hdl)