Surabaya (pilar.id) – Momen Idul Fitri diperkirakan jadi saat di mana perputaran uang mencapai puncaknya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan budaya mudik, belanja lebaran, dan pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) kepada keluarga dan karyawan. Keadaan ini dapat meningkatkan keuangan seseorang secara signifikan.
Menurut Profesor Dr. Rudi Purwono, seorang Guru Besar Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga, ketika seseorang mendapatkan uang secara tiba-tiba, mereka akan merasa senang dan bahagia.
Namun, kebahagiaan itu kadang-kadang dapat menyebabkan mereka menghabiskan uang tanpa memperhatikan keuangan untuk masa depan.
Dengan banyaknya jenis barang dan jasa yang ditawarkan, promosi menarik, serta kemudahan akses pembelian secara online, membuat konsumen tergoda untuk membeli kebutuhan (konsumsi) secara berlebihan.
Oleh karena itu, kita perlu mengatur pengeluaran dan hanya membeli apa yang memang diperlukan, bukan yang hanya sekadar diinginkan.
Sebagai contoh, kita dapat membuat daftar kebutuhan dan mengatur berapa uang yang akan dipergunakan untuk belanja. Sehingga, kita dapat membeli barang atau jasa yang benar-benar dibutuhkan dan pengeluaran konsumsi dapat terjaga.
Pendapatan seseorang memengaruhi besaran konsumsi. Namun, ketika pendapatan sudah tinggi maka tambahan income tidak selalu mendorong peningkatan konsumsi.
Hal ini terkait dengan Marginal Propensity to Consume (MPC) yang menurun. Sehingga, seseorang dapat memiliki kemampuan untuk menabung yang tinggi.
Penggunaan uang harus diatur dengan jelas terkait dengan besarnya uang yang kita miliki. Selain memenuhi kebutuhan (konsumsi), uang juga harus dialokasikan untuk dana darurat, tabungan, dan bahkan investasi.
Semakin tinggi pendapatan, semakin besar peluang kita untuk berinvestasi. Pilihan investasi yang beragam, baik di sektor keuangan maupun di sektor riil.
Investasi yang dilakukan diharapkan dapat membangun usaha baru, selain mendorong pertumbuhan ekonomi juga membuka peluang kerja baru.
Namun, perlu dipelajari dengan cermat melalui pelatihan dan belajar dari orang-orang yang berpengalaman agar investasi tersebut memberikan manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Pakar dari UNAIR menyarankan agar remaja mengatur keuangan dan pengeluaran mereka, dengan prinsip minimal pengeluaran sama dengan pendapatan. Namun, secara bertahap, dengan kenaikan pendapatan, mereka dapat mulai merencanakan untuk menabung. Hal ini perlu dilakukan karena banyak hal yang tidak terduga di masa depan, seperti terkait kesehatan dan ketidakpastian terkait ekonomi dan bisnis. (hdl)