Jakarta (pilar.id) – Penyakit cacar monyet atau monkeypox mengalami perkembangan cukup cepat di dunia. Dilaporkan saat ini sudah terdapat 88 negara terinfeksi virus tersebut.
“Dengan total kasus 28.220, peningkatan cukup cepat,” ujar Wakil Sekretaris Umum Perhimpunan Penyakit Tropis dan Infeksi Indonesia Robert Sinto, di Jakarta, Selasa (9/8/2022).
Ia juga mengungkapkan fakta terkait penularan penyakit cacar monyet terhadap kalangan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), serta pasien dengan human immunodeficiency virus (HIV). Berdasarkan data dari 528 kasus yang dilaporkan April-Juni 2022 di 16 negara, ternyata 98 persen merupakan gay atau biseksual.
“Yang HIV positif itu 41 persen saja, jadi tidak semuanya atau tidak mayoritas adalah HIV. Jadi 59 persen adalah HIV negatif,” kata Robert.
Selain itu berdasarkan data World Health Organization (WHO), dari 5.000 pasien sebanyak 98 persen cacat monyet juga teridentifikasi sebagai gay dan biseksual, serta gender lainnya. “Dan HIV 41 persen,” sambungnya.
Sinto melanjutkan, berdasarkan data kasus cacar monyet di Inggris sebanyak 445 kasus, 96,2 persen atau 427 kasus di antaranya merupakan gay atau biseksual. Sedangkan cacar monyet terjadi pada penghidap HIV sebanyak 29,5 persen atau 123 kasus.
“Rupanya konsisten berdasar 3 laporan tersebut, angkanya 96-98 persen dan 30 persen,” kata Sinto.
Menurut Sinto, berdasarkan data yang ada, terdapat komunitas kecil yang bukan dari kalangan LGBT juga bisa terkena cacar monyet dengan prosentase sebesar 2 persen. Artinya, penyakit cacar monyet tidak murni berasal dari hubungan sejenis LGBT atau hanya dapat menular pada penduduk Afrika saja.
Sinto menekankan penularan terbesar dari penyakit cacar monyet memang berasal dari hubungan seksual dengan kontak erat. Namun, ia menggarisbawahi bahwa cacar monyet bukan penyakit menular seksual.
“Jadi penyakit ini bukan penyakit yang mengenai pasien dengan kekebalan tubuh menurun, karena pasien sehat pun bisa terinfeksi oleh cacar monyet,” kata dia. (ach/hdl)