Surabaya (pilar.id) – Mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya I Gusti Ngurah Dharma Yudha, berbagi pengalaman menariknya selama mengikuti program magang MSIB Kampus Merdeka. Selama periode lima bulan, yakni Maret hingga Juli, Dharma berhasil menjalani magang di dua tempat yang berbeda, perusahaan rintisan Zenius dan Museum DPR RI.
Bercerita tentang pengalamannya, Dharma mengungkap kegembiraannya saat mengikuti program magang di dua lingkungan yang berbeda.
Ia merasakan tantangan dalam mengelola waktu karena ia sering kali harus menjalankan dua aktivitas sekaligus. “Tantangan utamanya adalah mengatur waktu. Di Zenius, saya dapat bekerja secara daring sebagai tutor. Saya dapat menjalankan kelas daring atau memberikan bimbingan kepada tutor baru di kantor. Di Museum DPR RI, saya harus hadir di kantor dari Senin hingga Kamis, dengan jadwal yang berubah setiap minggu,” ungkapnya.
Pada saat magang di Zenius, Dharma, yang memiliki latar belakang sejarah, menghadapi tantangan baru. Ia ditugaskan sebagai tutor untuk siswa SMA dan tugas-tugas lain seperti Pengembangan Kurikulum serta pendekatan pedagogis dalam mengajar mata pelajaran sejarah. Dengan bimbingan dari tutor magang lainnya, ia berhasil mengatasi tantangan ini.
“Salah satu tantangannya adalah karena latar belakang saya bukan dari bidang pendidikan sejarah, yang mengharuskan saya mempelajari analisis soal, capaian siswa, dan indikator pembelajaran. Namun, berkat bimbingan mentor magang, saya akhirnya terbiasa. Mentor saya memiliki latar belakang pendidikan sejarah yang sangat membantu,” jelasnya.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya selama magang, Dharma merasakan bahwa kemampuan riset sejarah yang diperolehnya sangat berguna untuk beradaptasi dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Ia telah mempelajari riset sejarah dalam semester 4, 5, dan 6. Mata kuliah di Departemen Ilmu Sejarah UNAIR juga memberikan kontribusi besar dalam menyusun materi pembelajaran, seperti mata kuliah sejarah Indonesia.
“Keterampilan dalam riset sejarah sangat membantu, terutama dalam menyusun materi transisi dari kurikulum lama ke kurikulum merdeka. Di Zenius, kami juga menggunakan buku hibrida yang memerlukan riset untuk penyusunan. Mata kuliah sejarah Indonesia dan dunia juga berguna dalam menyusun materi. Di sini, riset berfokus pada pendidikan, yang sedikit berbeda dari riset penelitian,” paparnya.
Ketika bertugas di bidang Humas dan Pengelolaan Museum DPR RI, Dharma menjalankan peran sebagai edukator dan humas. Ia juga bertanggung jawab sebagai Pembuat Konten untuk media sosial Museum DPR RI. Kontribusinya juga terasa dalam pengelolaan museum, termasuk dalam standarisasi dan akreditasi Museum DPR RI.
“Saya sering kali membuat video terkait museum dan membantu dalam proses registrasi untuk standarisasi dan akreditasi museum. Mata kuliah di kampus benar-benar memberikan kontribusi yang besar,” tambahnya.
Pada masa magang di Humas dan Museum DPR RI, Dharma juga berbagi pengalaman menarik saat terlibat dalam acara kenegaraan, Forum Koordinasi Humas Kementerian dan Lembaga Negara. Selain itu, ia juga terlibat dalam penyusunan naskah akademik terkait Rancangan Undang-Undang tentang Permuseuman.
Selama magang, ia merasa sangat beruntung karena bisa berada di lingkungan kerja yang berbeda, yaitu di perusahaan rintisan dan instansi pemerintah.
“Di Zenius, fleksibilitas waktu lebih besar, sementara di Museum DPR RI, ada aturan-aturan khusus karena lembaga pemerintah. Di Zenius, saya banyak belajar dari adik-adik bimbingan yang berjuang untuk masuk perguruan tinggi, sedangkan di Museum DPR RI, saya dapat melihat langsung bagaimana anggota dewan bekerja dalam membuat kebijakan dan hal lainnya,” tutup Dharma. (ret/hdl)