Banyuwangi (pilar.id) – Frency Imanuel, mahasiswa Akuakultur Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) UNAIR Banyuwangi, telah menghadiri The 18th Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting (HISAS 18th) yang diselenggarakan di Hokkaido, Jepang.
Kegiatan ini merupakan kesempatan berharga bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam seminar, presentasi, networking, dan diskusi bersama peserta lainnya dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari S1 hingga S3. Acara ini diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Hokkaido dan KBRI.
Salah satu sesi presentasi yang menarik perhatian adalah presentasi Frency yang membahas hasil penelitiannya tentang dampak bakteri Vibrio dalam budidaya udang vaname di Banyuwangi. Frency menyoroti pentingnya pengawasan dan kontrol populasi bakteri ini di dalam kolam tambak.
“Dengan adanya peningkatan populasi bakteri Vibrio, udang tidak dapat bertahan hidup dalam kolam dalam waktu yang lama,” jelas Frency.
Bakteri Vibrio adalah spesies bakteri patogen yang dapat menyebabkan infeksi vibriosis pada udang. Infeksi ini menghambat pertumbuhan udang dan dapat menyebabkan kematian. Beberapa spesies bakteri Vibrio yang diidentifikasi meliputi Vibrio harveyi, Vibrio damsela, Vibrio cholera, dan Vibrio parahaemolyticus.

Meskipun Frency merupakan mahasiswa dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah dibandingkan peserta lainnya, hal ini tidak mengurangi semangatnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Frency, yang merupakan angkatan 2020 dari program studi Akuakultur SIKIA, merasa semakin termotivasi dan bersemangat untuk mempresentasikan hasil penelitiannya.
“Meskipun peserta lain mayoritas merupakan mahasiswa S2 dan S3 dari berbagai universitas, mereka menganggap saya setara dan dengan tulus membantu dan memberikan dukungan,” ungkap Frency.
Selama acara HISAS 18th, Frency juga memiliki kesempatan untuk bertemu dengan berbagai profesor dari universitas di Jepang. Ini memberikan nilai tambah baginya dalam memperluas jaringan dan mempertimbangkan kesempatan melanjutkan studi pascasarjana di luar negeri, terutama di Jepang.
“Saya bertemu dengan banyak profesor dari universitas di Jepang. Mereka bahkan mengajak saya dan menawarkan berbagai program untuk melanjutkan studi S2 di sana,” tambahnya.
HISAS 18th merupakan pengalaman berharga bagi Frency. Selain memperluas jejaring dengan mahasiswa dan dosen internasional, ia juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan perjalanan singkat ke Kota Otaru. Di sana, Frency dapat menikmati pemandangan laut dari ketinggian dan memberi makan tupai.
“Saat dalam perjalanan pulang dari Tokyo ke Banyuwangi, saya bahkan menangis karena merasa sangat nyaman meskipun hanya beberapa hari berpartisipasi dalam kegiatan bersama mereka,” ujar Frency dengan perasaan haru. (ret/hdl)