Jakarta (pilar.id) – Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) era Orde Baru Fuad Bawazier mendorong terciptanya kemandirian pangan di tengah krisis global. Terlebih, saat ini banyak lahan persawahan beralih fungsi menjadi area komersial.
“Impor beras memang tidak terdengar kuat, namun permintaan gandum sebagai bahan pangan pengganti beras cukup tinggi. Intinya kita meningkatkan kemampuan internal terlebih dahulu,” kata Fuad, di Jakarta, Kamis (21/7/2022).
Fuad menilai perekonomian nasional masih terasa nyaman karena diuntungkan faktor eksternal yakni kenaikan harga komoditas dunia. Ia berharap pemerintah segera membenahi pengeluaran yang tidak perlu atau tidak penting, karena akan membebani Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), seperti proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kereta Api Cepat Jakarta Bandung, dan lain-lain.
“Kalau ini kemudian jatuh harganya, bagaimana? Dan kemungkinannya pasti ada, bisa akhir atau awal tahun 2023 bisa saja. Kalau ini terjadi, semua akan drop, bakal kalang kabut,” kata Fuad.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Gunawan Tjokro mengatakan, pengusaha masih optimistis bisa melewati kondisi sulit atau krisis. Pelaku usaha akan menyikapinya dengan menahan atau menunda capex dan fokus pada pengeluaran rutin terlebih dahulu.
“Terpenting cash flow terus berjalan. Sebab kalau masuk resesi, cash flow berantakan, akan sangat membahayakan,” kata Gunawan.
Gunawan lantas menceritakan pengalamannya saat menghadapi krisis tahun 1998 silam. Saat itu, permintaan konsumen anjlok hanya tinggal sekitar 20 persen. Namun, karena mampu menahan pengeluaran, pihaknya malah bisa mengambil alih tiga perusahaan yang sudah mau bangkrut.
“Intinya persiapan cashflow harus baik, saat musim paceklik. Setiap krisis selalu ada kesempatan, kita juga tak boleh over reaction atau respon berlebihan. Kalau terlalu reaktif malah akan menciptakan lubang resesi sendiri,” pungkasnya. (ach/hdl)