Jakarta (pilar.id) – Setelah berakhirnya pandemi Covid-19, fenomena menarik terjadi di mana sejumlah orang masih memilih untuk terus mengenakan masker. Namun, muncul pertanyaan apakah kebiasaan ini benar-benar bermanfaat dan bagaimana dampaknya dalam jangka panjang.
Kebiasaan tetap menggunakan masker meskipun pandemi berakhir sebenarnya memiliki sejumlah argumen yang mendukung.
Pencegahan Penularan
Walaupun pandemi telah berakhir, virus dan penyakit pernapasan lainnya masih beredar. Mengenakan masker dapat membantu mencegah penularan penyakit, terutama di tempat-tempat ramai dan berisiko tinggi. Selain risiko penularan penyakit, juga mengurangi dampak polusi.
Kenyamanan Pribadi
Cukup mengejutkan saat ada yang menyebut jika mengenakan masker ternyata membuat sejumlah orang merasa nyaman. Selain memberikan perlindungan tambahan terhadap polusi udara, alergen, dan faktor-faktor lingkungan lainnya, penggunaan masker membuat pengguna leluasa melenggang di tempat keramaian tanpa takut gampang dikenali karena alasan-alasan tertentu.
Kesadaran Kesehatan
Kebiasaan menggunakan masker telah meningkatkan kesadaran akan kesehatan pernapasan dan tindakan pencegahan. Ini bisa berdampak positif pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Di sisi lain, penggunaan masker jangka panjang juga berdampak pada beberapa hal yang perlu juga dipertimbangkan.
Interaksi Sosial
Penggunaan masker berlebihan bisa menghambat komunikasi verbal dan ekspresi wajah, yang penting dalam interaksi sosial dan hubungan antarmanusia. Ini bisa berdampak pada konektivitas sosial dan pengalaman berinteraksi.
Ketergantungan
Ketergantungan berkelanjutan pada masker mungkin mengurangi motivasi untuk mencari solusi jangka panjang terhadap masalah kesehatan pernapasan dan imunitas.
Dampak Psikologis
Beberapa individu mungkin mengalami dampak psikologis akibat terus-menerus mengenakan masker, seperti perasaan kecemasan atau isolasi.
Keberlanjutan Lingkungan
Masker sekali pakai bisa berkontribusi pada masalah lingkungan seperti penumpukan sampah. Sebuah catatan menyebutkan, masker yang masuk dalam kelompok limbah B3, yakni bahan berbahaya dan beracun, apabila dibuang langsung dapat membahayakan lingkungan sekitar.
Bahkan lebih parahnya bisa saja didaur ulang untuk dijual kembali. Hal tersebut tentunya perlu dicegah. Masyarakat perlu dibekali pengetahuan terkait dengan pengolahan masker serta cara membuangnya untuk meminimalisir kejadian semacam itu yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, penting untuk mencari keseimbangan yang tepat antara keamanan kesehatan dan kebutuhan sosial serta psikologis. Individu perlu mengikuti panduan dari ahli kesehatan dan otoritas kesehatan setempat terkait penggunaan masker, serta terus memantau perkembangan situasi kesehatan dan pandemi. (ret/hdl)