Jakarta (pilar.id) – Rapat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (RDK OJK) menilai, stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga. Selain itu, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan (LJK) juga mengalami pertumbuhan signifikan, sehingga turut mendukung peningkatan kinerja perekonomian nasional di tengah tingginya ketidakpastian global.
OJK mencatat, hingga akhir November 2022 pasar saham melemah 0,25 persen mtd ke level 7.081,31 dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp0,74 triliun mtd. Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat sebesar 7,59 persen secara year to date (ytd), dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp81,49 triliun.
“Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 3,24 persen mtd dan 2,75 persen ytd ke level 341,96. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor nonresident tercatat sebesar Rp40 miliar (month to date/mtd) atau Rp530 miliar (ytd),” jelas Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, di Jakarta, Selasa (6/12/2022).
Mahendra melanjutkan, pasar SBN non-resident mencatatkan inflow Rp23,70 triliun (mtd) sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 43,32 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield SBN telah meningkat rata-rata sebesar 57,54 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp154,41 triliun.
Untuk kinerja reksa dana mengalami penurunan. Hal itu tercermin dari penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar 1,26 persen (mtd) di Rp 512,17 triliun dan tercatat net redemption sebesar Rp9,75 triliun (mtd). Secara ytd, NAB turun sebesar 11,46 persen dan masih tercatat net redemption sebesar Rp78,35 triliun.
“Namun, minat masyarakat untuk melakukan pembelian reksa dana masih tinggi ditandai nilai subscription sebesar Rp849,88 triliun,” kata dia.
Sementara itu, kinerja kredit perbankan pada Oktober 2022 meningkat menjadi 11,95 persen yoy, utamanya ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh sebesar 13,65 persen secara year on year (yoy). Adapun, secara mtm, nominal kredit perbankan naik sebesar Rp58,61 triliun menjadi Rp6.333,51 triliun.
Mahendra menjelaskan, risiko kredit melanjutkan penurunan dengan rasio non performing loan (NPL) net perbankan sebesar 0,78 persen, dan NPL gross sebesar 2,72 persen. Sedangkan untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) per Oktober 2022 tercatat tumbuh 9,41 persen yoy menjadi Rp7.927 triliun, meningkat dari laju pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,77 persen yoy, utamanya didorong peningkatan giro.
“Di sisi lain, kredit restrukturisasi Covid-19 kembali mencatatkan penurunan sebesar Rp5,57 triliun menjadi Rp514,07 triliun dengan jumlah nasabah juga menurun menjadi 2,55 juta nasabah, dari posisi September 2022 sebanyak 2,63 juta nasabah,” jelas Mahendra. (ach/fat)