Jakarta (pilar.id) – Diskusi bertajuk “Fatsoen Politik & Pendidikan: Peran Pendidikan dalam Pengembangan Etika-Politik Generasi Muda” yang diadakan oleh The Lead Institute Universitas Paramadina, menyoroti peran krusial pendidikan dalam membentuk etika politik generasi muda, terutama mengingat mayoritas pemilih Pemilu 2024 adalah milenial dan generasi Z.
Dr. Phil Suratno Muchoeri, Ketua The Lead Institute Universitas Paramadina, dalam diskusi tersebut menekankan bahwa literasi politik perlu ditanamkan pada generasi muda untuk mencegah pelanggaran fatsun (etika politik) yang terkadang muncul di kalangan pelajar dan mahasiswa.
“Pada Pemilu 2019, kita menyaksikan keterbelahan masyarakat, dan kita berharap generasi muda saat ini tidak hanya menghindari keterlibatan dalam pelanggaran tersebut tetapi juga berkontribusi positif. Peran pendidikan menjadi penting untuk menciptakan literasi politik yang lebih baik,” ungkap Dr. Phil Suratno Muchoeri.
Diskusi ini turut menyoroti konsep bangunan karakter bangsa melalui pendidikan, seperti yang diutarakan oleh Ki Darmaningtyas, Pengurus Keluarga Besar Taman Siswa. “Etika sebenarnya merupakan proses dari pembangunan bangsa itu sendiri. Pendidikan harus membekali peserta didik bukan hanya dengan pengetahuan praktis, tetapi juga dengan nilai dan keyakinan sebagai modal sosial dan moral,” ucap Darmaningtyas.
Pentingnya membangun generasi yang sadar literasi, seperti disampaikan oleh Dr. M Subhi Ibrahim, Ketua Program Magister Studi Islam Universitas Paramadina, juga menjadi sorotan. “Kita perlu membangun generasi iqra, generasi yang sadar literasi atas segala hal, bukan hanya agama tetapi juga terhadap masalah yang dihadapi masyarakat dan bangsa kita,” tandasnya.
Dalam konteks ini, Retno Listyarti, Mantan Komisioner KPAI, menyoroti bahwa pelanggaran etika di dunia pendidikan menunjukkan buruknya iklim demokrasi. “Banyaknya kasus pidana terkait kebebasan berekspresi dan berpendapat dalam masalah politik di dunia pendidikan mengindikasikan rendahnya iklim demokrasi,” ungkap Retno.
Sebagai penutup, KH Sulaiman Effendi, Pengasuh Pondok Pesantren Manahijussadat Banten, mengingatkan akan urgensi pendidikan dalam membentuk pemimpin masa depan. “Pesannya bagi santri yang berpolitik, berpolitiklah berbasis amal saleh. Etika politik adalah dasar yang harus dijunjung tinggi agar negara bisa maju,” tegasnya.
Diskusi tersebut menegaskan bahwa pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk etika politik generasi muda, dan literasi politik yang baik dapat menjadi kunci untuk menghasilkan pemilih yang cerdas dan beretika dalam konteks demokrasi Indonesia. (ipl/hdl)