Jakarta (pilar.id) – PT PLN (Persero) terus memperkuat tata kelola risiko berkelanjutan di sektor ketenagalistrikan dengan fokus pada Environmental, Social, and Governance (ESG).
Selama tahun 2023, PLN berhasil mengurangi ESG risk rating sebanyak 8 poin, dari 38,5 pada 2022 menjadi 30,3 pada 2023, menempatkannya sebagai yang terendah di sektor utilitas kelistrikan di Kawasan ASEAN, berdasarkan penilaian dari Sustainalytics.
Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menyatakan bahwa penurunan signifikan ESG risk rating ini mencerminkan komitmen perusahaan dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Ini juga sejalan dengan tujuan pemerintah untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 dan mewujudkan sustainable development goals.
“Komitmen kuat PLN untuk mengaktualisasikan ESG mendapat penilaian apik, dengan ESG risk rating yang turun sebesar 8 poin dari tahun 2022. Capaian ini menjadi pemicu semangat seluruh insan PLN untuk terus lebih baik lagi,” ujar Darmawan.
Beberapa kontributor utama terhadap penurunan risiko ESG PLN melibatkan tata kelola risiko perubahan iklim, pelaporan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), program tata kelola air, pengembangan talenta, program keamanan siber (ISO 27001), dan transparansi pajak.
Dalam upaya dekarbonisasi, PLN berhasil mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebanyak 9,7 juta ton CO2e pada tahun 2023 dibandingkan dengan skenario bisnis normal.
PLN juga menjelma sebagai trader terbesar di bursa karbon dengan menjual Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) melalui Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Karang Blok 3.
PLN juga berhasil menambah kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sebesar 296 Megawatt (MW) selama tahun lalu. Pemanfaatan 1 juta ton biomassa untuk co-firing PLTU batu bara turut berkontribusi pada penurunan emisi sebesar 1,05 juta ton CO2e.
Tahun 2023 menjadi momentum PLN untuk membangun ekosistem kendaraan listrik dengan menyuplai listrik untuk 1.081 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Hingga saat ini, PLN mengoperasikan 624 unit SPKLU di 427 lokasi di seluruh Indonesia.
Sebagai upaya transparansi dalam manajemen risiko ESG, PLN telah merilis Task Force on Climate-related Financial Disclosure Report, ESG Performance Report, dan mengisi kuisioner Climate Disclosure Project (CDP) pada Climate Change dan Water Security.
PLN juga menerapkan mekanisme Risk Rating untuk pembangkit dan gardu induk, serta merilis kebijakan-kebijakan pada isu-isu penting seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, pengadaan ramah lingkungan, kebijakan sosial untuk supplier dan kontraktor, kebijakan berperilaku saling menghargai di tempat kerja, dan lainnya.
Darmawan mengungkapkan bahwa PLN telah membentuk Komite Sustainability untuk meningkatkan kinerja ESG perusahaan. Komite ini akan fokus pada akselerasi tiga workstream utama, yaitu ESG, Transisi Energi, dan Enablers.
Darmawan berkomitmen untuk melanjutkan upaya-upaya ini guna mencapai ESG risk rating PLN yang lebih baik. Targetnya, pada tahun 2024, ESG risk rating PLN dapat mencapai di bawah 30 atau masuk ke kategori medium.
”PLN sangat serius menganggap ESG ini sebagai kunci untuk memastikan perusahaan bisa survive dan flourish. Dalam prosesnya, kita melakukan transformasi, karena PLN adalah perusahaan yang berorientasi pada masa depan,” pungkas Darmawan. (mad/hdl)