Surabaya (pilar.id) – Perempuan dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) diidentifikasi sebagai kelompok yang rentan mengalami kesulitan akses perawatan kesehatan serta mendapatkan stigma buruk dan diskriminasi.
Untuk mengatasi masalah ini, Prof Dr. Tintin Sukartini, SKp MKes, baru-baru ini mengusulkan program Pemberdayaan Perempuan dengan HIV dalam Menurunkan Stigma serta Meningkatkan Kepatuhan Konsumsi Antiretroviral (ARV).
Prof Tintin mengemukakan usul tersebut dalam orasinya pada pengukuhan sebagai Guru Besar ke-290 di Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya. Menurutnya, pemberdayaan perempuan ODHIV (Orang dengan HIV) adalah langkah krusial untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan hidup dari segi kesehatan, psikologis, sosial, dan spiritual.
Salah satu faktor yang mendorong pemberdayaan perempuan ODHIV adalah masalah ekonomi. Banyak dari mereka menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan akibat stigma negatif yang melekat pada kondisi mereka. Dengan menerapkan program pemberdayaan, diharapkan perempuan ODHIV dapat mengembangkan potensi ekonomi mereka dan meningkatkan produktivitas untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Prof Tintin, yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Keperawatan UNAIR, mengingatkan bahwa pemerintah telah berupaya menangani HIV/AIDS dengan memberikan terapi Antiretroviral (ARV) secara gratis sejak tahun 2004. Terapi ARV ini bertujuan untuk mengurangi viral load, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan mencegah morbiditas pada pasien dengan HIV.
Namun, penting untuk dicatat bahwa terapi ARV tidak dapat menyembuhkan infeksi HIV. Meskipun dapat menekan replikasi virus dalam tubuh, keberhasilan pengobatan juga tergantung pada kepatuhan pasien terhadap terapi tersebut. Inilah mengapa pemberdayaan perempuan ODHIV melalui program ini memiliki peran penting dalam meningkatkan keberhasilan pengobatan.
Program pemberdayaan ini mencakup berbagai kegiatan seperti penyuluhan, pemberian motivasi dan bimbingan, serta penyebarluasan komunikasi, informasi, dan edukasi. Keluarga juga memiliki peran signifikan dalam mendukung program ini dengan memberikan dukungan dan pemahaman yang diperlukan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami kondisi ODHIV.
Prof Tintin berharap bahwa dengan pendekatan pemberdayaan perempuan, stigma negatif dapat berkurang, tingkat kepatuhan terhadap pengobatan ARV meningkat, dan status kesehatan serta ekonomi perempuan ODHIV dapat berubah menjadi lebih baik. Seiring dengan itu, diharapkan kualitas hidup perempuan ODHIV juga akan meningkat.
Dengan diluncurkannya program Pemberdayaan Perempuan dengan HIV dalam Menurunkan Stigma serta Meningkatkan Kepatuhan Konsumsi ARV ini, diharapkan mampu memberikan dukungan yang lebih besar bagi perempuan ODHIV dalam menghadapi permasalahan yang mereka hadapi. Program ini menjadi langkah maju dalam meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi stigma negatif yang terkait dengan HIV/AIDS pada perempuan. (usm/hdl)