Jakarta (pilar.id) – Pengamat hubungan internasional dan pendiri Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja mengatakan, ada dua alasan Rusia melakukan invasi atau penyerangan ke wilayah Ukraina hari ini.
Pertama, diduga ada campur tangan Amerika Serikat (AS) dibalik serangan Rusia ke Ukraina. Diduga Amerika Serikat mencari agenda politik luar negeri baru pasca perang di Afghanistan dan tragedi 11 September 2001 atau serangan 9/11 di New York City dan Washington, D.C.
“AS mencari musuh bersama yang dilegitimasi banyak negara dan pilihan pertamanya jatuh ke Rusia,” kata Dinna kepada Pilar.id, Kamis (24/2/2022).
Alasan kedua, Presiden Rusia Vladimir Putin betul-betul bertekad menunjukkan bahwa Rusia bisa sangat tidak terduga dan masif melawan Amerika Serikat.
Repotnya, kata dia, serangan Rusia menunjukkan bahwa diplomasi telah gagal. Putin yang awalnya mengandalkan pertemuan empat mata antara Menteri Luar Negeri AS dan Rusia pada 22 Februari 2022 untuk membicarakan isu yang berkembang, tapi secara sepihak Amerika Serikat membatalkannya.
Ruang yang ada sekarang untuk bicara soal ini adalah di PBB. Namun sayangnya, narasi PBB saat ini adalah untuk melakukan embargo besar-besaran pada Rusia. Hal itu, menurut Dinna, kurang tepat sasaran. PBB terbawa juga dalam narasi Amerika Serikat untuk memberi solusi sesaat yang sudah dihitung oleh Putin.
“Tentu saja, hal itu tidak akan efektif,” tegasnya.
Menurut dia, Amerika Serikat memiliki naluri ingin menjadi yang terhebat di dunia, baik terkait teknologi persenjataan maupun taktik politik. Jadi, harus cermat berhadapan dengan Amerika Serikat. Dinna menikai, Putin benar-benar sudah menghitung hal tersebut.
“Makanya Rusia mendadak betul menyerang tanpa terduga ke Ukraina, bahkan dubes Rusia di PBB pun tidak tahu akan timing dan rencana Putin, sehingga saat rapat di Dewan Keamanan PBB berlangsung, terjadilah serangan Rusia ke Ukraina,” pungkasnya. (her/hdl)